Beri Anak Gadget Pribadi, Benar atau Salah?

Pemandangan yang akhir-akhir ini seringkali ditemui adalah, sebuah keluarga yang sedang makan bersama di sebuah resto di mal, sambil menunggu hidangan yang dipesan datang, anak-anak asyik main games di komputer tablet, sementara, kedua orang tuanya asyik dengan smartphone-nya masing-masing. Hal ini sering sekali terjadi.

Bijakkah memberikan gadget canggih itu untuk anak-anak? Menurut Monica Sulistiawati, M.Psi, psikolog dari Personal Growth, sebenarnya pemberian gadget pada anak-anak usia sekolah tidak sepenuhnya salah orang tua. Mau tidak mau, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, anak-anak semakin ‘melek’ dengan berbagai teknologi yang ada, bahkan lebih daripada orang tuanya. Terkadang, mereka pun memerlukan perangkat canggih ini untuk mempermudah mengakses informasi demi kepentingan tugas-tugas belajarnya.

Bahkan, ada pendapat bahwa gadget itu juga berperan sebagai babysitter, sehingga anak-anak bisa tenang, sementara orang tuanya melakukan aktivitas lain. Menurut Monica pendapat itu ada benarnya. Sebagian orang tua zaman sekarang tidak mau susah. Mereka sengaja memberikan gadget kepada anak-anaknya supaya anak-anak berperilaku lebih tenang dan diam. Orang tua sengaja ‘menyogok’ anaknya dengan gadget tersebut agar anak tidak rewel ketika diajak pergi. Padahal, wajar saja jika anak rewel karena merasa bosan, sebab orang tua melibatkannya pada aktivitas yang tidak disukainya, dan orang tua pun sibuk dengan kesenangannya sendiri.


Pertanyaannya, kapan waktu yang tepat untuk menghadiahi anak gagdet? Penelitian terbaru dari Cashinyourgadgets.co.uk, sebuah situs yang menyediakan layanan purnajual gadget, menemukan bahwa 13 persen orang tua membelikan gadget pertama untuk anak yang berumur di bawah 10 tahun, dan 45 persen orang tua membelikan anak gadget ketika mereka berusia 13 tahun ke atas.

Saran dari The American Academy of Pediatrics (AAP) ini mungkin bisa jadi acuan. Anak usia di bawah 2 tahun idealnya bebas dari segala jenis layar monitor. Baik itu komputer tablet, laptop, PC, bahkan televisi. Ekspos cahaya terlalu lama, termasuk cahaya dari layar komputer, berdampak negatif pada penglihatan mereka. Bahkan radiasi ponsel pun sebaiknya diminimalkan. APP menyarankan orang tua untuk tidak terlalu sering bermain ponsel dan tablet PC di dekat anak-anak usia batita dan bayi.

Lalu, bagaimana dengan anak-anak usia prasekolah dan TK yang sudah akrab dengan gadget? Menurut AAP, anak-anak usia ini sudah pandai memainkan gestur jarinya, sehingga tertarik dengan tablet dan touch screen gadget. Respons layar sentuh memang menyenangkan mereka, tapi mereka tetap butuh pengalaman memegang pensil, kertas, juga buku.

Pesan AAP untuk orang tua yang sudah telanjur membelikan anaknya gadget adalah sebaiknya anak-anak tidak lebih dari 2 jam sehari di depan layar monitor. Tentu anjuran ini tidak mudah diterapkan, mengingat keluarga modern saat ini dibombardir aneka peranti elektronik canggih. Bahkan, orang tua sekarang sudah memperkenalkan anak-anak dengan iPad, smartphone, laptop, sejak usia belia. Aplikasi komputer untuk bayi pun sudah tak terhitung jumlahnya.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia