Bermain adalah Proses Belajar Anak

Sekelompok anak sudah sepanjang minggu ini main kejar-kejaran. Kelompok yang sama. Namun, sepanjang minggu permainan mereka berubah. Mereka berdiskusi dan bernegosiasi untuk menerapkan aturan-aturan baru dalam permainan. Aturan yang mereka buat sendiri, dan mereka sepakati bersama. Sesekali satu –dua anak bertengkar. Ia dan teman-temannya belajar mengatasi konflik untuk kemudian bermain lagi bersama-sama.

Di  sudut lain,  beberapa anak memanfaatkan kotak-kotak dan kardus untuk bermain. Mereka pura-pura berkunjung ke ATM dan mengambil uang atau membayar tagihan. Si kotak ATM mereka buat dan gambar sendiri. Ternyata, di kelas mereka sedang belajar tentang uang.


Beberapa anak kelas 1 sibuk dengan kertas bekas. Mereka melipat, menggulung, dan mengubah kertas bekas itu menjadi senapan, pedang dan entah apalagi. Seorang anak membantu teman-temannya mengelem atau membuat benda yang sama dengan miliknya.

Saat bermain, anak-anak berada di saat paling santai, paling aktif, dan paling bahagia. Bayangkan bagaimana sibuknya otak  dan tubuh mereka bekerja. Begitu sibuk dan begitu kompleksnya kegiatan bermain yang mereka lakukan sehingga saya merasa sulit menguraikan manfaat apa yang diperoleh anak ketika bermain. Setiap saat selalu ada gagasan baru yang muncul ketika melihat anak-anak bermain. Ada insight tentang bagaimana anak-anak berkembang menjadi manusia seutuhnya ketika bermain.

Orang cenderung lupa betapa seriusnya bermain itu.  Sementara saya tidak bisa berhenti terkagum-kagum bagaimana anak-anak mampu memberi tantangan pada dirinya sendiri, kadang kala melewati batas usia dan kemampuannya, saat bermain. Mereka bisa melompat lebih tinggi, bisa berlari lebih kencang, bisa menciptakan sesuatu yang sama sekali baru dan bisa begitu pandai berhubungan dengan orang lain.

Barangkali kita perlu mengingat-ingat hal ini saat kita merengut karena anak kita menolak duduk manis dan “belajar”.  Anak-anak bukan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Saat bermain, anak-anak belajar tentang seisi dunia. Siapalah kita mengomeli anak-anak bermain hanya karena takut mereka dimarahi guru atau malu jika mereka dapat nilai buruk di sekolah.

Bermain, sama sekali tidak membuang-buang waktu. Bermain adalah waktunya belajar dan melatih banyak hal yang telah dipelajari. Bermain adalah waktunya mengembangkan diri.

Alih-alih mengingatkan anak untuk tidak lupa pada kewajibannya sebelum bermain, barangkali kita perlu mengingatkan diri sendiri bahwa kewajiban kita sebagai orang tua dan guru adalah memberi anak-anak kesempatan untuk bermain bebas seluas-luasnya dalam lingkungan yang aman dan mendukung.


“As astronauts and space travelers children puzzle over the future; as dinosaurs and princesses they unearth the past. As weather reporters and restaurant workers they make sense of reality; as monsters and gremlins they make sense of the unreal” ~  Gretchen Owocki

Artikel Blog Mama
Penulis: Lestia Primayanti
Mama dari Binar Cakrawala yang lahir Agustus 2010 yang berprofesi sebagai pendidik memang gemar menulis blog seputar pendidikan. Kepala Sekolah Kembang yang akrab disapa Ibu Tia di sekolah ini akan berbagi cara ia mendidik si kecil dan murid-muridnya.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia