Cara Tangani Anak Suka Mengancam

Jika anak terlihat senang sekali mengancam, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:

-  Orang tua harus melihat dulu apa penyebabnya.
Benarkah si kecil meniru Anda atau meniru orang di sekitarnya? Bila Anda menjadi ‘biang keladinya’, Anda harus refleksi diri dan segera memperbaikinya.

Yang pasti, menurut Nessi Purnomo, Psi., MSi, psikolog dari Personal Growth, Anda harus lebih jujur dan menyampaikan kondisi Anda yang sebenarnya. Misalnya, Anda capek sepulang dari kantor. Katakan kondisi tersebut dan buat kesepakatan baru. Anda berjanji akan mengajaknya bermain di akhir pekan. Jangan lupa, Anda harus selalu menepatinya sebab hal ini berkaitan dengan integritas Anda sebagai orang tua. Kalau tidak ditepati, si kecil akan kecewa dan tidak percaya lagi.

-  Anda harus memutus ‘rantai’ mengancam ini. Di dalam kepala anak ada keyakinan bahwa saat mengancam, dia akan selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Orang tua harus mengubahnya dan membuat ancaman tersebut tidak akan berhasil lagi. Tentu saja, anak pasti kecewa bila ancamannya tidak berhasil. Di sini, orang tua harus segera berperan, dengan mengajak anak berbicara. “Yang dicoba dimodifikasi adalah ketika dia ingin melakukan sesuatu atau mendapatkan sesuatu, caranya tidak lagi melalui mengancam. Kita memakai cara yang lebih berbudaya, yakni melalui diskusi. Nah, hal seperti inilah yang harus diajarkan pada anak,” kata Nessi.

Apa yang bisa didapat anak dengan berdiskusi? Terjadi kesepakatan yang prinsipnya win-win solution. Hal ini disebabkan kedua belah pihak melihat kekurangan plus kelebihan dari suatu masalah, lalu mencari jalan keluar bersama.

Kapan perlu dibawa ke psikolog? Bawalah jika situasi makin tidak terkendali. Misalnya, ancaman anak sudah sangat mengganggu teman atau lingkungannya. Di klinik, psikolog akan mulai menggali berbagai info, seperti mengapa anak suka mengancam, bagaimana cara ia melakukannya, siapa yang ditirunya, dll. “Jika anak meniru orang tuanya, ya, orang tualah yang akan diajak bicara,” kata Nessi.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Anda bisa meminta bantuan sekolah. Sekolah merupakan partner orang tua. Untuk itu, Anda bisa bekerja sama dengan guru kelasnya si kecil. Ajak guru berdiskusi dan biarkan anak bercerita tentang peristiwa yang terjadi. “Yang paling penting adalah Anda jangan reaktif. Namanya juga anak-anak. Pasti ada ‘korslet’ kecil-kecilan. Niatnya, sih, main atau becanda. Lama kelamaan jadi benaran dan berantemlah anak. Akhirnya, ada yang mengancam,” kata Nessi.

Kalau ini yang terjadi, Nessi menambahkan, pihak sekolah harus memberi punishment. Misalnya, jika anak ketahuan mengancam lagi, ia akan diskor. Di balik itu semua, orang tua harus selalu berkoordinasi dengan pihak sekolah.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia