Kutu Rambut pada Anak

Di sekolah Alika ada peraturan yang cukup unik, yaitu kebijakan tentang kutu rambut. Intinya, pihak sekolah memeriksa kebersihan rambut dan kulit kepala anak-anak untuk mencari… kutu dan telur-telurnya! Kalau sampai ketemu, maka orangua akan mendapatkan peringatan tertulis untuk lebih ketat mengawasi faktor higinitas buah hatinya. Jika pada waktu pemeriksaan berikutnya guru masih saja menemukan kutu, maka orangtua akan ditelpon untuk segera menjemput anaknya pulang. Ketat juga, ya?


Well, meski ketika masih TK pernah tertular kutu rambut entah dari siapa, selama duduk di bangku SD sih, Alika tidak pernah kedapatan membawa “penumpang gelap” di dalam rambutnya. Dia memang rutin keramas paling tidak dua kali seminggu.

Berhubung kelihatannya belum bisa membersihkan rambut sendiri dengan benar, saya selalu turun tangan mengeramasinya pada bilasan kedua. Bilasan pertama dilakukan sendiri olehnya. Ritual keramas Alika memang tidak boleh dilakukan sambil lalu berhubung rambutnya tebal dan panjang. Setiap helai rambut harus dibersihkan secara seksama supaya bisa bersih menyeluruh (lebay… hehe).

Membaca peraturan kutu ini, mau tak mau saya jadi mengenang masa-masa ketika saya masih SD dulu. Seperti semua “anak ingusan” lainnya, saya pun pernah dihinggapi kutu rambut. Waktu itu ibu saya memeranginya dengan menggunakan dua obat andalan: obat antikutu dan sisir serit.

Saya masih ingat betapa obat anti kutu yang dikemas dalam botol kecil itu tampak begitu menggiurkan untuk ditenggak. Maklum, warnanya pink cerah seperti sirup stroberi. Tetapi saya pun ingat betapa tidak enaknya tidur dengan kepala berlumur obat antikutu yang dibebat handuk kecil sepanjang malam. Baunya, jangan ditanya, deh!

Lain dulu lain sekarang, menurut pengakuan teman-teman saya sesama mama sih, tidak pernah ada lagi yang membalurkan obat antikutu sepanjang malam untuk memerangi kutu rambut. Dulu sewaktu Alika kena kutu pun saya hanya menambah frekuensi keramasnya dan mencari kutu beserta telur-telurnya secara manual sembari duduk diselingi menonton televisi.

Beberapa waktu lalu saya juga sempat membaca kalau kutu bisa pula “dijaring” dengan menggunakan kain polos berwarna cerah (kalau bisa putih) yang digosokkan pada kulit kepala ketika sedang keramas. Itu semua cukup efektif untuk membasmi biang kutu dan keturunannya dari rambut dan kulit kepala.

Bagaimana dengan Anda, pernahkah punya pengalaman membasmi kutu rambut dari kulit kepala anak?

Artikel Blog Mama
Penulis: Nayu Novita
Mama dari Rendra dan Alika ini rutin menulis artikel feature terutama seputar kesehatan dari pola asuh anak di sejumlah media. Lulusan jurusan arsitektur ini gemar mengumpulkan info dan berbagai sumber tentang kesehatan anak.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia