Motorik Kasar vs Motorik Halus

Setiap mama pasti menginginkan keterampilan motorik anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Nah, agar Anda bisa memberikan stimulasi atau rangsangan yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak, ada baiknya Anda memahami lebih dulu tahap-tahap perkembangan motorik anak.

Hal ini penting agar segala keterlambatan atau gangguan pada kemampuan motoriknya bisa segera terdeteksi dan dikoreksi. Keterlambatan yang tidak diperhatikan bisa saja akan berpengaruh ke perkembangan motorik kasar dan halus lainnya.

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh, yang dipengaruhi oleh usia, berat badan dan perkembangan anak secara fisik. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, atau naik turun tangga.

Perkembangan motorik ini beriringan dengan proses kematangan fisik anak. Dan kemampuan motorik ini merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem saraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung perkembangan kemampuan motorik.

Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem sarafnya sudah matang, proporsi kakinya cukup kuat untuk menopang tubuhnya, dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.

Sebaliknya, motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan secara rutin, seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya dan sebagainya.

Kemampuan motorik halus setiap anak berbeda-beda, baik dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatnya.

Setiap anak bisa mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Anak justru bisa menjadi bosan dan malas mengembangkan kemampuan motorik halusnya jika ia kurang mendapatkan rangsangan. Tapi, bukan berarti Anda boleh memaksakan satu bentuk stimulasi atau rangsangan pada anak, ya.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia