Sekolah untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Tiap kali ingin menulis artikel di sini, saya selalu merenung, begitu banyak hal yang ingin sekali saya share berloncat-loncatan di kepala saya.

Saya yakin sama seperti saya, Mama-mama yang punya anak-anak berkebutuhan khusus memiliki 1000 pertanyaan di kepala yang menanti untuk segera dijawab tentang anak mereka. Pertanyaan ini misalnya: “Nanti kalau anak sudah masuk usia sekolah bagaimana?"

Mama tidak sendiri, saya juga mengalami hal sama. Ketika mencari sekolah untuk Andre, saya bingung harus jujur atau tidak pada pihak sekolah. Saya pandang anak saya, "Hmm...nggak kelihatan berbeda dari anak lainnya, kok. Sudahlah, tak perlu jujur deh, daftarkan saja ke sekolah mainstream (sekolah umum). Toh, lama kelamaan Andre juga bisa berbaur, dan belajar cara anak NT (Neuro Typical/normal) berkomunikasi," pikir saya waktu itu.

Tak tahunya, belum seminggu Andre sekolah, saya sudah dipanggil kepala sekolah, dan meminta Andre tidak bersekolah di sana lagi. Dengan kata lain, Andre dikeluarkan dari sekolah karena dianggap mengganggu aktivitas belajar mengajar. Bahkan ada orang tua dari siswa lain yang protes karena anaknya nggak bisa belajar, akibat Andre yang terus menerus mengamuk dalam kelas.

Siapa yang tidak sedih bila anak kita diperlakukan demikian? Berat memang, sudah harus bayar sekolah mahal, harus berhadapan pula dengan orang tua yang belum tentu menerima keberadaan anak-anak kita di tengah anak mereka. Di tambah lagi, Andre yang merasa tertekan karena tidak bisa beradaptasi, yang membuat saya juga ikut tertekan.

Padahal bila dipikir-pikir, pendidikan di sekolah mainstream itu hampir 80% tidak aplikatif dan tidak fungsional di kemudian hari, terutama untuk anak berkebutuhan khusus. Lalu solusinya bagaimana? Membiarkan anak akhirnya tidak bersekolah demi memproteksi mereka dari hal-hal di atas juga bukan pilihan yang bijaksana, Ma.

Saya pribadi memilih mencoba untuk mencari sekolah yang mau menerima anak saya. Waktu itu saya keliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya, menceritakan kondisi anak saya dan pengalaman penolakan yang baru saja kami alami di sekolah sebelumnya. Untungnya, dari sekian banyak sekolah, ada satu sekolah international yang kemudian mau menerima Andre, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Pola pendekatannya pun dengan penuh kasih sayang, yang akhirnya membuat anak saya mulai merasa nyaman, aman, dan merasa diterima di lingkungan barunya. Awalnya, Andre mengamuk tiap mau sekolah, namun akhirnya ia sangat penurut dan patuh pada ucapan gurunya. And he takes all the order literally.

Kembali ke urusan sekolah. Jika kita punya anak yang berkebutuhan khusus, sebaiknya mencari sekolah yang bisa menerima anak kita dengan segala kekurangannya, dan membuatkan IDP (Individual Developement Program) khusus buat anak kita, supaya bisa tetap mengikuti pendidikan formal meski tidak bisa sejauh anak normal lainnya, dan tetap bisa belajar bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.

Jika pada akhirnya Anda tidak menemukan sekolah yang bisa menerima anak kita, maka mau tidak mau, home schooling merupakan pilihan terakhir yang terbaik yang paling bijaksana untuk anak kita. Di artikel berikut saya akan bahas kelebihan dan kekuarangan Home Schooling buat anak-anak berkebutuhan khusus.

Satu hal yang pasti, anak kita berhak mendapatkan pendidikan terbaik yang ia butuhkan, sesuai dengan kemampuannya. Dan hanya kita orangtuanya yang paling tahu, apa yang terbaik buat mereka. Selamat memberikan yang terbaik buat anak tercinta.

Artikel Blog Mama
Penulis: Just Silly
Mama 3 dari Aurelia Prinisha,  Andre Vivaldi dan Adrian Hroshi Putra ini adalah social activist yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Mama bernama lengkap Valencia Mieke Randa ini punya segudang aktivitas sosial, mulai Blood4Life, 3LittleAngels dan #LittleStep

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia