Anak Suka Memukul Kepala, Normalkah?

Setiap kali kecewa karena tak memperoleh apa yang diinginkan, Raia (1,5) pasti marah-marah sambil memukul-mukul kepalanya sendiri. Tentu saja ini membuat Marylin, mamanya, dari Jakasampurna, Bekasi, merasa khawatir. “Mengapa Raia bersikap seperti itu? Apakah hal itu masih normal, ataukah itu merupakan tanda-tanda autisme?” tanyanya.

Jangan terburu-buru mengira ia menyandang autisme, Ma. Untuk memastikan hal ini sebaiknya Anda melakukan pemeriksaan terpadu dengan neurolog (ahli syaraf), dokter anak, dan psikolog. Para ahli tersebut akan melakukan serangkaian tes dulu sebelum bisa memastikan apakah ia benar-benar autistik atau tidak. Tapi, bila ia masih bisa melakukan kontak mata, masih bisa Anda ajak berkomunikasi, dan tidak seolah hidup di dunianya sendiri, tampaknya Anda tak perlu terlalu khawatir.   

Memukul-mukul kepala memang tidak biasa, tetapi beberapa anak di usia 1-2 tahun melakukannya. Sebetulnya ini adalah wujud ekspresi dari luapan kemarahan karena mereka belum bisa mengungkapkan emosi secara verbal dan menggunakan kata-kata yang lancar. Ia juga belum tahu kalau tindakan memukul kepala itu akan berbahaya karena berisiko mencederainya.

Jadi, cukup hentikan tindakannya dengan memeluknya erat-erat sampai kemarahannya mereda. Biarkan ia tahu, Anda tidak mengizinkan ia memukuli kepalanya sendiri, tetapi Anda akan ada di sisinya sampai ia berhasil meredakan kemarahannya.

Setelah lebih tenang, baru jelaskan mengapa ia tidak boleh bersikap seperti itu. Gunakan bahasa yang sederhana agar ia mudah mengerti. Ajarkan pula cara meng­ungkapkan kemarahan melalui kata-kata sederhana agar ia tidak perlu lagi bersikap seperti itu.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia