Bila Anak Balita Bicara Kasar

Pastinya tidak orang tua yang sengaja mengajarkan anaknya berbicara kata kasar, makian, atau hinaan. Tapi kok, bisa-bisanya balita Anda mengeluarkan kosa kata yang tak pantas dilontarkan pada Anda atau orang lain.

Anak-anak di usia mulai belajar bicara, sebenarnya tidak paham terhadap arti kata-kata yang dimaksud. Awalnya anak hanya senang ia punya kosa kata baru, dan menyebutnya secara berulang. Anak juga mungkin tertarik pada keadaan ketika kata-kata itu diucapkan. Misalnya penekanan kata, menyebutnya sambil berkacak pinggang, melotot atau sambil menunjuk-nunjuk. Itulah mengapa kata-kata buruk itu biasanya memiliki kesan tersendiri bagi anak.   

Jika anak berbicara tak pantas, tak perlu bereaksi berlebihan, apalagi sampai memberikan hukuman fisik. Tahan emosi dulu, Ma! Berikut ini cara menghadapinya:

Pura-pura tidak dengar. Jangan buat kata-kata itu berkesan bagi anak dengan memarahi atau menasehati. Perilaku yang diberikan perhatian, cenderung diulang. Sementara yang tidak diberikan perhatian cenderung berkurang.

Sebailknya berikan perhatian pada kata-kata baik. Misalnya, “Adik bilang pintar ya, ke kakak? Kakak memang pintar ya.”

• Bila anak bicara kata yang tidak pada tempatnya, pantat misalnya, alihkan dengan kata lain yang mirip. “Adik mau ke pantai? Ingat waktu kita ke pantai kan bawa ban? Coba ambil bannya sekarang.” Anak bakal lupa kata-kata yang diucapkan sebelumnya.

Beberapa kasus bisa diselesaikan melalui peristiwa dramatis. Misalnya : anak Anda sangat menyayangi neneknya. Kalau dia mengucapkan kata terlarang di hadapan neneknya, lalu neneknya menangis kecewa, ini akan menjadi pelajaran berharga bagi anak Anda.

Gunakan teknologi untuk mencatat interaksi di rumah, seperti CCTV. Bisa juga gunakan fasilitas perekam dari ponsel ketika Anda atau anak marah, lalu dicatat. Pencatatan yang detil tentang perilaku buruk ini sebagai pengingat supaya lain kali berubah menjadi perlaku positif.

Situasinya akan lebih sulit ketika anak mendapat contoh kata-kata buruk dari lingkungan pergaulannya. Biasanya anak mendapat dukungan dari teman-temannya ketika dia bicara buruk. Menarik anak dari teman-temannya bukan ide yang baik. Ajarkan anak untuk tidak menyebut kata-kata itu di dalam rumah. Ini sama seperti ketika Anda berpesan, “Nanti kalau ketemu eyang, bicaranya A, B, dan C ya. Kalau bicara D, E, F tidak sopan.”

Kegagalan sering muncul ketika tanpa sadar orang tua emosi menghadapi kesalahan anak yang berulang. “Kenapa sih bilang ‘bego’ lagi. Sudah mama nasehati berkali-kali belum ngerti juga, ya?” Anak bukannya kapok malah ingat terus kata-kata itu.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia