Bila Negosiasi dengan Anak Gagal

Mengajak Anak bernegosiasi adalah cara anak belajar mandiri dalam mengambil keputusan dan percaya diri. Tapi, bagaimana bila negosiasi dengan anak gagal?


“Kalau orang tua tidak sabar, bisa jadi negosiasi gagal, dalam arti, anak menang melakukan apa yang ia inginkan atau orang tua memaksakan sehingga anak menjadi tantrum, misalnya,” tutur psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi


Situasi anak Aidan (4,5), misalnya, seringkali meributkan hal-hal kecil. Seperti, tak boleh ada orang lain yang duduk di sofa ruang tamu yang biasa ia duduki. Suatu kali, saat ada sepupunya, Irvan (3) bermain ke rumah, Aidan tiba-tiba menginginkan mainan mobil-mobilan yang sedang asyik dipinjam Irvan. Padahal, ia masih punya belasan mobil-mobilan yang lain di boks mainannya. Alhasil, perebutan tak terelakkan. Keduanya menginginkan mobil-mobilan yang sama. 


Pada umumnya, jika menemukan situasi semacam ini, Mama akan mengatakan, “Boleh gantian main mobil-mobilan itu, cukup 5-10 menit, nanti setelah itu giliran temannya yang main, ya!”  


Mengenai ini, Lynne Griffin berkomentar, cara itu adalah solusi yang mungkin baik buat Mama. Tetapi, kata Lynne, ada cara lain yang bisa dicoba, yang membuat anak lebih terlibat dalam pengambilan keputusan.


“Ketika menemukan dua anak kecil berebut ayunan, misalnya, tanyakan pada anak Anda, bagaimana sebaiknya solusinya? Apa coba yang terjadi kalau masing-masing tidak ada yang mau mengalah? Trik ini akan membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Tidak sekadar mengatakan, “Kamu harus mengalah! Kamu nggak boleh rewel!”, dan sebagainya. 


Hal ini juga bisa diterapkan pada situasi anak yang susah ketika disuruh mandi, atau anak susah makan. Menurut Vera, Anak seusia ini juga lebih mudah ‘dikendalikan’ jika mereka diberi keleluasaan memilih.


“Dengan memilih, mereka akan merasa pegang kendali. Misalnya, ketika ingin menyuruhnya mandi, katakan ‘Mau mandinya bawa mainan yang mana, gelas atau botol?’ Atau ‘Mau makan pakai piring hijau atau piring merah?’ Tentukan pilihan sesuai dengan situasi dan kondisi di rumah supaya anak juga tak semena-mena memilih, misalnya ketika menawarkan menu makanan, sesuaikan dengan persediaan yang ada di rumah,” jelas psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, ini. 


Alternatifnya, menurut Vera, bisa juga menggunakan pengalihan perhatian. Misalnya, anak yang tidak mau mandi diberi tahu bahwa di depan rumah ada banyak temannya sedang main. Ketika anak tertarik, ajak dia mandi dulu dengan dalih supaya bisa ikutan main bersama temannya. 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia