Bossy

“Mbak, ambilin minum!”
“Kamu duduk di sini, kalau nanti aku panggil baru masuk, ya!”
“Jangan begitu, begini aja!”
Kalimat-kalimat di atas sudah jadi dialog Prunella, 5 tahun, sehari-hari. Gandis, ibunya dari Cilandak, tidak habis pikir dari mana anaknya belajar jadi bos seperti itu. Di satu sisi, sikap bossy ini menunjukkan anak mengenali perasaan dan kebutuhannya, serta menunjukkan bakat kepemimpinan. Biasanya sikap ini akan luntur dengan sendirinya ketika anak menyadari dia juga harus mementingkan keinginan temannya agar mereka tetap mau berteman dengannya. Tapi, Anda tidak bisa hanya menunggu tanpa melakukan usaha untuk menguranginya, kan? Marianne Neifert, M.D., seorang penulis buku tentang pengasuhan anak memberikan beberapa poin penting untuk Anda lakukan:

  • Jadilah contoh bagi anak. Cek apakah Anda juga sering meminta pembantu di rumah untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya bisa Anda lakukan sendiri? Apakah Anda juga cepat sekali panggil “Mbak!”? Perhatikan pula cara Anda meminta anak untuk melakukan sesuatu. Jika anak terbiasa mendengar “Pakai baju!” maka ia pun akan cenderung menirunya. Kali ini cobalah mengubah kalimat perintah Anda menjadi kalimat permintaan. Daripada “Cuci tangan sana!” lebih baik “Bagaimana kalau kamu cuci tangan dulu sebelum makan?”
  • Biasakan selalu ada memberi dan menerima. Misalnya, ketika Anda minta anak membereskan mainan padahal dia masih ingin bermain, beri dia waktu sesaat lagi sebelum merapikannya. 
  • Hargai anak ketika dia bersikap sopan dan mau berbagi.
  • Contohkan cara lebih manis untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Saat Anda sedang bermain bersama, Anda bisa katakan “Oke, sekarang giliranku ya....”, “Bagaimana kalau sekarang kita main ular tangga?” atau “Boleh pinjam krayonnya, Sayang?” 
PAR 0408

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia