Dilema junk food

Mereka familiar dengan makanan itu.
Anak senang bereksperimen dengan makanan baru, namun tetap ingin ada makanan yang dikenalnya di atas piring setiap kali makan.
Solusi: Perkenalkan makanan baru secara bertahap dan dalam porsi kecil. Bila perlu, selipkan makanan yang baru dalam makanan anak.

Tak mau repot-repot mengunyah.
Banyak anak yang menolak makan sesuatu yang susah dikunyah atau ditelan, seperti daging merah, sayur atau buah yang berserat. ‘Kebiasaan’ ini bisa dimengerti, karena anak berada hanya satu tahapan di atas tahapan bayi. Ketika bayi, sebagian besar makanannya berbentuk cair.
Solusi: Makanan sehat bisa disajikan sesuai keterampilan makan anak. Kalau Anda ingin si kecil makan daging, sajikan dalam bentuk daging cincang yang diolah menjadi burger, lasagna, sup bola-bola daging, atau saus pasta. 

Warna makanan jadi daya tarik utama.
Dan, ini banyak didapatnya dari junk food. Misalnya, kentang goreng berwarna keemasan, merahnya saus tomat, dan lain-lain.
Solusi: Sajikan makanan secara atraktif, serta perbanyak penggunaan buah dan sayur yang berwarna-warni (potong kecil-kecil, ya). 

Harus ada rasanya.
Anak suka makanan yang enak dan cepat belajar bahwa makanan yang berlimpahan garam dan gula (dalam kebanyakan junk food) adalah yang paling oke. Padahal, ini kan salah.
Solusi: Buat sendiri makanan dengan rasa alami dan bahan baku makanan yang sehat. Misalnya, pilih buah yang rasanya lebih manis, tebu mentah, dan madu untuk membuat dessert. Dan, kurangi asupan makanan anak yang asin dan manis secara bertahap. Lidah anak bisa dilatih lagi untuk menerima makanan yang sudah dikurangi garam dan gula beberapa minggu setelahnya.
   
Lalu, pada kenyataannya, banyak juga makanan yang Anda pikir benar-benar junk, sebenarnya mengandung berbagai gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Sayangnya, kebanyakan makanan tersebut diberi ekstra ini-itu, sehingga jauh dari menyehatkan. Jadi, ketimbang ‘berantem’ dengan anak gara-gara ia ingin makan hamburger dan kentang goreng di resto A, misalnya, buat saja sendiri makanan tersebut.
    
Cara lain adalah membatasi jajanan anak. Selain tinggi garam dan gula, makanan yang dijual di pasaran seringkali diberi bahan tam-bahan makanan, seperti zat pewarna atau zat pengawet, secara berlebihan. Juga, banyak makanan yang (sangat) tinggi lemak jenuh dan trans fat-nya. Padahal, makanan seperti ini amat erat kaitannya dengan penyakit jantung dan obesitas ketika mereka dewasa kelak. Jadi? Pilih-pilih jajanan si kecil.
   
Yang pasti, pikirkan diet anak Anda sebagai sesuatu yang sedang Anda coba sempurnakan. Jadi, hasilnya bisa saja tidak langsung oke. Namun, paling tidak, Anda tahu persis bahwa rasa amat penting bagi anak. Juga, rasa bisa dimanipulasi sedikit demi sedikit melalui pendekatan yang ‘sangat halus’.

PAR 0208

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia