Fakta Seputar Susu Kedelai

Sebelum mama bingung dengan berbagai perdebatan tentang susu kedelai, berikut serba-serbi fakta dari susu kedelai ya, Ma:

• Jika anak alergi terhadap protein susu sapi, solusinya bukan susu kedelai melainkan susu hidrolisat. Bila anak alergi terhadap protein susu sapi, umumnya membaik setelah usia 1 tahun.

• Mama juga bisa melakukan “perkenalan” pada anak secara perlahan-lahan ke susu sapi ‘segar’, yakni UHT (Ultra High Temperature) atau pasteurisasi. UHT adalah proses pemanasan susu selama paling tidak 2 detik pada suhu 138°C, sedangkan pasteurisasi adalah pemanasan susu pada suhu 72°C selama 15 detik.

• Memang masih ada yang memperdebatkan pengaruh phytoestrogen di susu kedelai. Namun apapun itu, sebetulnya anak yang butuh susu kedelai adalah anak yang terlahir (cacat bawaan) dengan kelainan pankreas dimana tidak bisa memproduksi enzim laktase. Enzim ini berfungsi mengolah laktosa. Nah, laktosa adalah gula susu dan kadarnya sangat tinggi dalam ASI. Jadi, anak-anak yang lahir dengan kelainan bawaan ini tidak bisa mengolah susu yang mengandung laktosa, yakni susu kedelai.

• Kandungan protein di susu kedelai tentu saja berbeda dengan susu sapi. Bahkan, beberapa protein esensial di susu sapi, tidak ada di susu kedelai. Jadi, ganti saja susunya dengan UHT atau pasteurisasi.

• Terus coba perlahan-lahan. Biasanya anak tidak suka karena selama ini sudah terbiasa dengan susu yang manis. Tapi, terus coba perlahan-lahan. Campur dulu dengan susu nya yang sekarang, dan semakin lama porsi susu kedelainya dikurangi dan diganti dengan susu UHT atau pasteurisasi.

• Jika anak tetap menolak susu tawar UHT dan pasteurisasi, tak perlu cemas. Di atas usia 1 tahun, susu bukan makanan utama. Anda bisa berikan ‘penggantinya’, seperti keju, telur, ikan, yogurt, dan es krim. (Foto: dok. Feminagroup.)

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia