Flu babi masih mengancam

Setelah flu burung, kini flu babi

Setelah flu burung bikin heboh, kini ada lagi flu babi. Rasanya sulit dipercaya keduanya berdampak begitu luas. Tapi itulah flu. Rentan menular, biarpun cuma dari riwayat kontak  yang tergolong minim. Siapa bisa tahu kalau Anda ternyata satu lift dengan seorang penderita flu ini, kan?  Bagaimana pula kalau ternyata Anda satu pesawat dengan pembawa virus ini (carrier), dan ketika turun dari pesawat, kondisi Anda yang lelah membuat daya tahan tubuh drop, dan tahu-tahu Anda sudah tertular? Tak ada memang, yang bisa memastikan, bagaimana caranya agar bisa benar-benar imun dari virus ini.

Asal muasal

Virus flu babi (biasa disebut swine flu, hog flu, atau pig flu), semula ditemukan pada babi (pertama kali diisolasi dari seekor babi yang terinfeksi di Amerika Serikat pada tahun 1930.) Tetapi, sama seperti virus flu burung yang semula hanya menginfeksi burung, virus flu babi ini kemudian ternyata juga ditemukan pada manusia. Varian barunya yang menginfeksi manusia pertama kali ditemukan di Meksiko April 2009 lalu, dan dikenal sebagai virus H1N1.

Menurut Wikipedia, para ahli menduga, virus ini tampaknya muncul dari babi-babi di Asia, dan dibawa ke Amerika Utara oleh seseorang yang terinfeksi. Ada pula bukti bahwa strain baru ini sebenarnya sudah mewabah pada babi di berbagai kontinen selama bertahun-tahun sebelum akhirnya menginfeksi manusia. Namun, tidak ada bukti penularan terjadi akibat mengonsumsi daging babi yang telah dimasak dengan baik. Diduga, manusia yang tertular adalah karena melakukan kontak langsung dengan babi-babi itu.

Kasusnya di Indonesia

Di Indonesia, penderita flu babi pertama yang dinyatakan positif meninggal karena flu babi adalah seorang gadis cilik berusia 6 tahun. Ia meninggal di rumah sakit setelah dirawat 3 hari karena pneumonia yang parah. Ia dibawa ke rumah sakit dalam keadaan demam, batuk, dan sesak napas. Tapi setelah di rumah sakit pun ternyata kondisinya terus memburuk hingga akhirnya nyawanya tak tertolong.  Menurut situs Departemen Kesehatan (www.depkes.go.id), gadis cilik ini sudah mengalami masalah kesehatan selama beberapa tahun terakhir, dan belakangan berkembang menjadi pneumonia yang parah. Kondisinya makin buruk lagi setelah ia positif terinfeksi H1N1.
Kasus flu babi di Indonesia sendiri saat ini tercatat mencapai 343 kasus hingga 24 Juli lalu.

Gejala

Gejala flu babi biasanya mirip dengan gejala flu pada umumnya, termasuk demam, bersin-bersin, pilek, radang tenggorokan, batuk, pusing yang hebat, letih lesu, dan nyeri pada otot. Beberapa penderita kadang-kadang juga mengalami mual, muntah, dan diare.
Bahayanya, di dalam tubuh penderita, virus H1N1 bisa menyebar bersama peredaran darah dan menginfeksi organ-organ tubuh lainnya. Bila paru-paru ikut terinfeksi, penderita bisa mengalami radang paru-paru (pneumonia), mengalami kesulitan bernafas, kejang-kejang, dan bahkan sampai mengalami kematian. Penderita yang dirawat di rumah sakit biasanya juga karena kondisi penyakit lain yang memperparah seperti asma, diabetes, kegemukan, jantung, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah. Risiko tinggi juga dialami oleh ibu-ibu hamil. Namun, untuk memastikan apakah seseorang benar menderita flu babi, perlu dilakukan pemeriksaan lendir atau dahak dari tenggorokannya

Antisipasi penyebaran

Sejauh ini, pemerintah berbagai negara telah menerapkan standar kewaspadaan yang cukup tinggi terhadap penyebaran virus ini. Pemerintah di Cina, misalnya, menerapkan pemeriksaan ketat bila ada turis yang demam. Otomatis, seluruh rombongan yang bersamanya akan dikarantina sementara untuk memastikan bahwa flu yang diderita bukanlah flu babi. Masa karantina ini biasanya berlangsung sekitar 4 hingga 7 hari. Begitupun pemerintah Indonesia, yang akan langsung mengisolasi turis (terutama di daerah wisata seperti Bali), yang menderita flu atau demam, sampai bisa dipastikan bahwa flu atau demamnya itu bukan flu babi.

Risiko penyebaran antar negara juga sudah berusaha diperkecil dengan penerapan skrining ketat oleh sejumlah maskapai penerbangan sebelum para penumpangnya menaiki pesawat. Bila di antara penumpangnya ada yang kemudian menunjukkan gejala-gejala flu, otomatis negara tujuan akan segera mengisolasinya. Isolasi juga akan diberlakukan terhadap penumpang-penumpang yang duduk di sekitarnya.

Memang, sejak Juni 2009 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan flu babi sebagai pandemik, sehingga semua negara terus meningkatkan kewaspadaannya. Virus ini betapapun terus saja menyebar pelan-pelan, terutama di belahan bumi yang punya empat musim, di mana musim dinginnya seringkali juga ditandai dengan musim flu, dan di negara-negara berkembang yang sistem kesehatannya belum baik.

Vaksin belum ada 

Sementara itu, obat yang digunakan untuk menanggulangi virus flu babi barulah Tamiflu (oseltamivir) dan Relenza (zanamivir). Tapi, obat ini tidak direkomendasikan untuk gejala flu yang telah muncul lebih dari 48 jam. Bila flu lebih dari 2 hari, sebaiknya pasien memperoleh penanganan yang tepat di rumah sakit dan dirawat secara intensif. Vaksin flu babi sendiri saat ini masih dalam tahap penelitian oleh WHO, dan diperkirakan baru akan bisa ada hasilnya akhir tahun ini. Sebelum saat itu tiba, kalaupun sudah ada hasilnya, mungkin jumlahnya masih sangat terbatas.  

Pencegahan

Nah, agar tak tertular, minimalkan kontak dengan penderita flu (apapun). Virus ini terutama menyebar lewat batuk dan bersin penderita. Bila Anda sendiri yang flu, gunakan masker, dan usahakan untuk beristirahat total, makan yang bergizi, agar Anda cepat sembuh dan tidak menulari yang lain. Apalagi kalau dengan si kecil, jauhi dulu sementara! Jagalah kebersihan dengan sering-sering cuci tangan pakai sabun. Jangan sering mengusap hidung, mulut, atau wajah dengan tangan, karena mungkin saja Anda habis memegang sesuatu yang kotor dan lupa belum cuci tangan.

Ada pula kekhawatiran, virus ini akan mengalami mutasi lebih lanjut lagi pada tahun-tahun mendatang, menjadi lebih ganas lagi, dan lebih tahan terhadap vaksin-vaksin baru sekalipun. Meski untuk saat ini kasus-kasus yang dilaporkan kebanyakan masih tergolong ringan. Kita tidak perlu terlalu khawatir, yang paling penting, kita harus selalu berhati-hati dan menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia