Gejala Sindroma Gangguan Usus Pada Anak

Orang-orang yang menderita sindroma gangguan usus atau irritable bowel syndrome (IBS) memiliki peluang lebih dari dua kali memiliki saudara yang punya gejala serupa, menurut riset University of Sydney,  Australia. 

“Umum kok, melihat bayi kolik yang orang tuanya menderita IBS atau refluks gastroesofageal (mengalirnya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan),” ujar Dan Levy, M.D., profesor asisten klinis kedokteran anak di University of Maryland School of Medicine. “Mereka punya ambang sakit yang lebih rendah ketimbang bayi-bayi lain.” 

Gejala yang harus diwaspadai Gejala klasik adalah sering kram perut, atau silih berganti sembelit dan diare. IBS biasanya muncul selama usia sekolah, tapi pemicunya, seperti kolik, terjadi di usia lebih dini. “Ada pula komponen emosional yang besar,” kata Tanya Remer Altmann, M.D., penulis Mommy Calls. Hal ini biasa terjadi pada masa transisi yang sulit dalam hidup anak, seperti pergi sekolah atau bahkan sekadar menghadiri pesta yang tidak ingin ia datangi, kata Dr. Levy.

Yang bisa dilakukan Jika Anda menduga anak Anda menderita IBS, minta dokter anak untuk memeriksanya. “IBS adalah diagnosis pengecualian,” kata Dr. Altmann. “Anda ingin menyingkirkan kemungkinan bahwa ada masalah yang lebih serius, seperti penyakit radang usus.”

Bila diagnosisnya adalah IBS, biasanya bisa diatasi dengan mengubah gaya hidup. Ini bisa berarti menghindari makanan tertentu yang menjadi pemicu, menambahkan probiotik (bakteri sehat dalam yogurt), dan/atau mengajarkan anak teknik manajemen stres, seperti latihan relaksasi atau yoga. 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia