Ketika anak menuntut

Disiplin memang tidak sama dengan hukuman. Jenis disiplin yang terbaik lebih menyerupai pengajaran: tunjukkan pada anak harapan kita akan tingkah laku mereka. Agar merasa aman, anak membutuhkan peraturan yang jelas—dan orangtua yang menerapkan peraturan itu dengan tegas. Inilah saat-saat ketika si kecil sebenarnya meminta Anda ‘meluruskannya’:

Ribut soal jam tidur

Mengapa anak butuh disiplin: Anak-anak yang masih kecil enggan melepaskan sesuatu yang kelihatannya menyenangkan (terjaga sampai larut malam), meski itu demi kebaikan mereka (agar bisa tidur lebih banyak). Pasalnya, tubuh kecil mereka membutuhkan siklus tidur yang dapat diandalkan. Jadi, ia ingin Anda mengajarinya cara agar bisa selalu menenangkan diri di malam hari.

Yang harus dilakukan: Biarkan anak memiliki sedikit kontrol. Mungkin kedengarannya seolah ada kemunduran, ketika yang berusaha Anda lakukan adalah mendisiplinkannya. Tapi, jika anak Anda merasa memiliki semacam otoritas, hal itu akan membantunya mengikuti aturan yang terpenting.

Walau Anda ingin sekali akhirnya punya kesempatan untuk duduk di depan TV menonton acara kegemaran, tahan diri untuk tidak berteriak, “Ayo sana, sikat gigi! Pakai baju tidur! Langsung naik ke tempat tidur! Sekarang juga!” Sebaliknya, tentukan jam tidur yang Anda inginkan, tapi usahakan untuk mewujudkannya dengan cara yang dipilih si kecil. Pilihan-pilihan seperti “Kamu mau pakai baju tidur dulu, atau gosok gigi dulu?” akan membantu membimbingnya menjalankan rutinitas malam dan memungkinkannya mulai mengambil tanggung jawab lebih.

Memasang poster dengan gambar masing-masing ritual malam juga bagus untuk membuat anak usia dua setengah tahun bisa mengikuti dan bersikap manis menjelang tidur. Anda mungkin perlu memberi tanda pada si kecil untuk melakukan setiap langkah dengan bertanya, “Setelah mandi, lalu apa?” Tapi, waktu untuk ribut-ribut setiap kali mau tidur mungkin akan berkurang jika Anda lebih bersikap seperti pembimbing ketimbang bos tukang perintah.

Mengamuk di tempat umum

Mengapa anak butuh disiplin: Mungkin kelihatannya ia hanya sedang nakal saja, tetapi ada hal lain di balik itu. Anak kecil tidak dapat mengontrol dorongan keinginannya. Jika ia ingin Anda membelikannya permen selagi Anda sedang berbelanja dan Anda menolak, ia benar-benar tidak tahu bagaimana cara mematikan hasrat yang sangat kuat itu.

Menurut Sharon Silver, pendiri perusahaan latihan ProActive Parenting di California Bay Area, jeritannya sebenarnya jeritan minta tolong pada Anda untuk mengajarinya dua hal: cara menghadapi kekecewaan dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan, dan apa yang harus ia lakukan terhadap hasrat kuatnya untuk makan permen.

Yang harus dilakukan: Tinggalkan toko. Setenang yang Anda bisa, mintalah penyelia atau manajer toko untuk mengawasi belanjaan Anda sementara Anda membawa si kecil keluar. Duduklah bersamanya di trotoar atau di dalam mobil, katakan, “Mama akan dengar kalau kamu berhenti menangis.” (Tunggui sambil membaca buku atau majalah. Yang seperti ini mungkin akan makan waktu beberapa menit.)

Begitu anak Anda tenang, bantu ia memikirkan apa yang salah, bukan menguliahinya: “Mengapa kita keluar dari toko? Bagaimana kita melihat barang-barang di toko, dengan tangan atau dengan mata?” Inilah yang menjadikannya sebuah disiplin—Anda tidak menyerah, tetapi Anda memberikan pelajaran padanya—dan bukan hukuman.
Setelah Anda kembali ke dalam, bantu anak menghadapi benda yang seolah meliuk menggodanya di dalam supermarket: Katakan padanya ini hari belanja untuk keluarga dan ia akan boleh mengambil apa yang ia inginkan kalau ada acara belanja khusus untuknya. Bersama-sama, Anda dapat mendaftar apa acara khusus itu nanti—ulang tahun, hari terakhir di sekolah—untuk mengalihkan perhatiannya.

Pelajaran untuk anak Anda adalah soal batasan: Orangtua akan kembali ke 'maumu' di saat yang lebih tepat; ia tidak boleh menentukan begitu saja dengan cara mengamuk.

Berkelahi sewaktu main bersama

Mengapa anak butuh disiplin: Anak-anak kecil baru belajar untuk bermain bersama sebaya mereka, dan bahkan waktu setengah jam saja bisa terasa sangat lama. Anak Anda tidak memiliki keterampilan sosial untuk berkata, “Eh, aku agak capek, nih. Bagaimana kalau kita lanjutkan kumpul-kumpul ini lain kali?” Dengan merebut mainan atau menangis karena temannya memilih warna kotak yang diinginkannya, ia tidak dengan sengaja berusaha menjadi anak yang sulit. Ia memberitahu Anda, dengan satu-satunya cara yang ia tahu, bahwa ia membutuhkan pertolongan Anda.

Yang harus dilakukan: Tunjukkan cara untuk menggambarkan perasaannya—atau, bila perlu, katakan bahwa perilakunya tidak baik. Anda bisa berkata padanya, “Kelihatannya kamu bosan ya, main yang itu? Main kotak-kotak di sini saja, yuk?” Atau, bantu ia menenangkan diri dengan memangkunya dan pelan-pelan membaca buku bersama.
Jika putri Anda melakukan sesuatu seperti memukul kepala temannya dengan boneka, cukup katakan, “Kita tidak boleh menyakiti orang lain.” Jika Anda berada di rumah orang lain dan memutuskan untuk mengakhiri acara main bareng, jangan menguliahi batita Anda. Ia sedang belajar mengikuti contoh Anda: ketika perilakunya mulai tak terkendali, berarti sudah waktunya pulang. Ia mungkin lega bisa kembali ke rumah dengan mainan-mainannya sendiri dan rutinitasnya.

Membantah bila ditegur

Mengapa anak butuh disiplin: Anak tak dapat menahan diri untuk mencoba kata-kata dan cara bicara yang mereka dengar dari teman-temannya. Tapi, percaya atau tidak, mereka ingin Anda mengajarkan pada mereka seberapa jauh mereka dapat melakukannya—untuk menentukan batasan akan pembicaraan yang dapat diterima. Jadi, hentikan gemeretak gigi Anda, dan pertimbangkan untuk melontarkan kata-kata yang santai sebagai panduan mendisiplinkannya: “Apa aku boleh bicara begitu sama orang yang sudah besar? Apa Mama membolehkan?” Maka jawaban Anda (dengan kata-kata yang lebih membantu, tentu saja) adalah: “Nggak mungkin, lah yaw!”

Anak-anak juga ingin diyakinkan bahwa orang dewasa berbeda dari teman bermain mereka, bahwa mereka tidak dapat bicara pada Anda layaknya mereka bicara pada sesama anak-anak. Kata-kata yang penuh hormat menyiratkan bahwa orang dewasa adalah orang yang memegang kendali, yang artinya anak Anda merasa aman dan tidak harus menduga-duga bagaimana semestinya berperilaku.

Yang harus dilakukan: Bersikeras anak Anda memakai kata-kata yang sopan, bahkan jika ia harus mengulang kalimat tersebut tiga sampai empat kali sampai benar. Beberapa pelajaran dalam hidup memang seperti tabel perkalian: mereka menuntut pengulangan konstan sebelum akhirnya berhasil menempel di kepala.

Itu artinya, Anda harus menahan dorongan untuk balik membentak, “Jangan berani-beraninya kamu bicara seperti itu pada Mama!” Itu hanya akan menunjukkan, menurut Anda cara bicara seperti itu efektif, kata Elizabeth Pantley, seorang pendidik pengasuhan dan pengarang The No-Cry Discipline Solution. “Sebaliknya, jongkoklah setinggi anak Anda, pandang matanya, dan dengan tenang namun tegas katakan, ‘Mama mau kamu coba lagi. Gimana kalau bilang, ‘Ma, aku benar-benar ingin main agak lama lagi di taman bermain’,” kata Pantley.

Jika Anda dapat menuruti permintannya yang kini sopan, lakukanlah. Jika tidak, katakan, “Mama dengar dan Mama tahu apa yang kamu mau. Tapi kita tidak punya waktu lagi hari ini. Sekarang waktunya pulang.”

Jika anak Anda membentak pada orang dewasa lain, tarik dia ke pinggir dan ajarkan ia kata-kata untuk minta maaf. Ingat: ia masih anak baru dalam hal percakapan yang sopan. Jika ia menolak mengganti kata-kata, Anda yang harus minta maaf, dan kemudian beritahu anak, bagaimana cara yang Anda harapkan untuk bicara pada orang dewasa.

Melanggar peraturan bersama teman

Mengapa anak butuh disiplin: Anak-anak—khususnya yang masih sangat muda—kurang bisa menghadapi tekanan dari teman sebaya. Mereka memerlukan Anda, orang dewasa, untuk membantu menegakkan aturan rumah. Dan begitu anak Anda berumur sekitar lima tahunan, ia akan lega jika mengetahui ia bisa memakai Anda sebagai alasan untuk tidak melakukan apa yang tidak ingin ia lakukan (“Itu melanggar aturan di rumahku—Mamaku akan menyuruh kita membesihkannya nanti”). Inilah kesempatan untuk mengajarkan pada anak bagaimana menghadapi tekanan dari teman sebaya sehingga ia akan siap ketika sudah lebih besar.

Yang harus dilakukan: Salurkan jiwa aktris Anda, dan usahakan untuk tetap tenang ketika memberitahu anak-anak bahwa Anda tidak senang dengan, misalnya, cara mereka mewarnai dinding. Pasti sulit, memang. Rasanya ingin sekali mengamuk ketika Anda tahu anak Anda semestinya sadar itu dilarang, tetapi anak-anak juga senang kalau tahu mereka mampu membuat Anda merasa kesal.

Dudukkan keduanya dan tanyakan (dengan tegas—ingat, ini soal pendisiplinan), “Di mana kita menggambar pakai krayon? Apa dinding sama dengan kertas? Terus, apa yang bisa kalian lakukan sekarang?” Lalu keluarkan alat-alat pembersih dan tunjukkan cara menyikat pada mereka. Ya, Anda mungkin harus menyikat dinding itu lebih keras lagi nanti, tapi tenanglah, mereka telah belajar: kalau mengotori, mereka harus membersihkannya.

Jika anak-anak melanggar aturan lain, seperti melompat-lompat di tempat tidur atau mengganggu anjing, Anda masih harus campur tangan dan memberitahu mereka, tapi tidak perlu membuat hukuman. Terlibat masalah sudah menjadi hukuman tersendiri bagi kebanyakan anak. Dan Anda mungkin bahkan tidak perlu memulangkan temannya. “Jika Anda menangani situasi ini dengan baik, mungkin anak-anak setelah itu akan semanis gula,” ujar Pantley.

Jika anak Anda kelihatannya sangat lega ketika Anda melakukan intervensi dengan tegas, mungkin ini sebabnya: ia tidak dapat mengatakannya, tetapi ia mungkin berpikir: 'Untung ada bantuan! Aku tidak lagi harus berperang sendirian.'

Dan itulah pengalaman penting baginya. Ketika ia sudah lebih besar, perasaan aman dan keteraturan itu akan menjadi tonggak disiplin dirinya. ?

PAR 0408

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia