Mengenal Autisme

Tanya:
Beberapa teman saya memiliki anak penyandang  autisme. Sebenarnya, apa itu autisme?

Jawab:
Autisme adalah gangguan perkembangan yang bisa diamati pada batita. Biasanya, anak mengalami gangguan dalam interaksinya dengan orang lain. Ada kesulitan dalam berkomunikasi, pola bermain, dan pola emosi yang berbeda pula. Autisme termasuk gangguan PDD (Pervasive Developmental Disorder).

Yang pasti, autisme bukanlah suatu penyakit, namun hingga kini belum bisa ‘disembuhkan’. Anak akan tumbuh dewasa dengan beberapa ciri autisme yang terus dialaminya. Walau begitu, dengan bantuan terapi sesuai kebutuhannya, ia lebih bisa beradaptasi dengan lingkungannya.

Untuk mengenali apakah anak penyandang autisme atau tidak, ada ciri-cirinya, kok. Misalnya, bayi usia 6 - 12 bulan perlu dicermati bagaimana dia berinteraksi. Jika ada ciri-ciri berikut ini, sebaiknya berkonsultasi pada ahlinya, yakni tidak merespon senyuman mama, tidak bereaksi ketika namanya dipanggil, sangat sulit dialihkan jika sudah mengagumi benda tertentu, ekspresi muka kurang hidup, serta sangat mudah marah.

Pada anak yang lebih besar, coba konsultasi kepada ahli jika menemukan banyak tanda berikut ini:  Gerakan tubuh sama dan berulang-ulang seperti tak ada bosannya (terkadang gerakannya tampak aneh!), ada keterlambatan bicara (misalnya, di usia 18 bulan belum mengucapkan 1 kata pun), mengatakan hal yang sama berulang-ulang (walau sangat tidak relevan dengan apa yang sedang terjadi), sangat sensitif, mudah terganggu oleh bunyi-bunyian tertentu atau sentuhan, atau justru sangat tidak sensitif (misalnya, kepala terbentur keras, tapi seperti tak mengalami kesakitan), maunya main dengan benda itu-itu saja, minimnya kontak mata, serta  tidak tertarik dengan orang lain.

Autisme terjadi akibat genetik atau teratogen (hal-hal yang menyebabkan kecacatan janin, seperti rokok, alkohol, atau obat-obatan yang dikonsumsi ibu hamil tanpa konsultasi pada dokter), atau karena stres kehamilan yang berat. Namun, semua penyebab ini masih terus diteliti kebenarannya.  

Bagaimana orang tua menangani anak? Sebaiknya, selalu cermati perkembangan si kecil. Bila ada perbedaan dengan anak lain, cek dulu tahap perkembangan yang seharusnya dialaminya. Jika sangat berbeda, konsultasikan segera pada ahlinya. Kalau sudah didiagnosis mengalami autis, orang tua harus berbagi tugas sehingga tak terlalu lelah menangani anak. Bila mungkin, cari juga bantuan lain. Misalnya, asisten rumah tangga atau keluarga.  

Perlukah dibawa ke psikolog? Pemeriksaan pertama bisa dilakukan di Klinik Tumbuh Kembang (biasanya, ada di rumah sakit yang cukup besar). Di sini, anak bisa diperiksa oleh beberapa ahli untuk mendiagnosis apakah keterlambatan yang dialami termasuk dalam autisme, golongan PDD lain, gangguan perkembangan lain, atau hanya kurang stimulasi. Setelahnya, akan diberikan saran untuk pengembangan anak.

Jika ia penyandang autisme, membutuhkan banyak ahli untuk membantunya berkembang lebih adaptif, seperti psikolog anak, psikiater anak, dokter saraf, dokter ahli pencernaan, dan berbagai ahli terapi.

Konsultan: Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psi
Psikolog Anak dan Keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia