Meniru Ucapan Mama

Ketika bepergian dengan mobil menuju  suatu tempat, sepanjang jalan Kanya
(19 bulan) pasti sibuk menunjuk-nunjuk ke luar jendela. Pertanyaan yang sama biasanya akan meluncur dari bibir mungilnya.

“Apa, tuh?”
“Itu jembatan penyeberangan untuk menyeberang jalan, Sayang,” jawab Anggi, mamanya, dari Jetis, Yogyakarta.  
“Nyebang jayan…” tirunya. Lalu ia bertanya lagi,
“Apa, tuh?”
“Orang jualan, sayang,” jawab mamanya.
“Wang juayan,” tirunya. Lagi-lagi ia bertanya,
“Apa, tuh?”
“Itu kereta kuda yang dikemudikan kusir. Namanya andong,” lagi jawab mamanya.
“…ndong,” tirunya.
    
Itulah kebiasaan Kanya. Setelah menerima penjelasan dari mama, biasanya ia mengulangi lagi ekor kalimat yang didengarnya.

Sebetulnya ini bukan hal yang aneh, Ma. Di usia balita, selain memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga banyak bertanya, anak juga sedang mengasah kemampuan bicara.

Meniru adalah cara paling mudah baginya. Juga, ia sedang memperkaya perbendaharaan kosakata. Tak he-ran kalau ia akan mengulangi apa yang didengar, dan mencoba menyimpannya dalam ingatan.

Selain itu, rata-rata anak memiliki perbendaharaan kata sebanyak 50 kata. Namun, ia sedang berusaha keras menambah perbendaharaannya agar di usia 2 tahun nanti kosakatanya akan bertambah hingga mencapai sekitar 300 kata.

Jadi, jangan bosan menjawab apa yang ia tanyakan, Ma. Bahkan bila Anda harus mengulanginya lagi, lagi dan lagi. Perkaya kosakatanya dengan sebanyak mungkin memberi penjelasan terhadap apa yang ia lihat atau dengar, dan terlebih lagi terhadap apa yang ia tanyakan.
 
Kalau suatu kali ada suara guntur menggelegar di langit dan ia bertanya, “Apa, tuh?” Seraya menenangkan dia, Anda bisa memberi penjelasan, “Tak perlu takut, sayang. Kamu aman di sini bersama Mama. Itu tadi suara guntur di langit.”

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia