PAUD untuk Anak, Perlukah?

Sekarang, semakin banyak sekolah non formal untuk anak usia 0 - 6 tahun, yakni PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Ketika anak berusia 18 bulan, biasanya orang tua mulai berpikir untuk mengikutsertakannya di sekolah-sekolah seperti ini. Benarkah anak memang memerlukannya?

Kehadiran sekolah ini masih mengundang kontroversi. Yang tidak setuju mengatakan, di usia ini seharusnya anak lebih banyak berinteraksi dengan orang tua, bukannya sudah ‘sibuk’ sekolah.

Keberatan lain, sekolah ini sudah mulai mengajarkan pemahaman angka, huruf, dll, yang seharusnya baru diberikan setelah anak masuk SD. Tapi, yang setuju mengatakan, lewat sekolah inilah, anak selangkah lebih maju ketika masuk SD karena sudah bisa membaca dan berhitung.

Nah, ini akan memperkuat rasa percaya dirinya. Anak yang ikut sekolah seperti ini biasanya sudah tidak merasa asing lagi dengan sekolah, dan sudah lebih pintar bersosialisasi.

Lalu, apa pendapat pakar? “Jangan lagi serta merta mengatakan ‘tidak’ pada sekolah-sekolah seperti ini,” pesan Adriana Ginanjar, psikolog. Saat ini, kedua orang tua bekerja, sehingga memang tidak ‘ideal’ bagi pengasuhan anak. Lingkungan anak akhirnya hanya suster dan asisten rumah tangga. “Jadi, lihat dulu lingkungan anak seperti apa,” katanya.

Pada dasarnya, tujuan PAUD adalah mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Lewat sekolah ini, anak belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebaya, serta mengasah kreativitas melalui beragam permainan.

Jadi, selama tidak ada unsur paksaan, anak akan senang-senang saja melakukannya. Soal intensitas berinteraksi dengan orang tua? Meski tanpa PAUD pun, intensitas bisa saja tetap rendah. Jadi, orang tualah yang perlu mengatur waktu dengan baik, agar tetap punya waktu-waktu berkualitas bersama anak.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia