Senangnya bermain

Ketika tadi malam saya membacakan buku-buku Beverly Cleary pada anak saya, perasaan saya bercampur aduk antara nostalgia masa kecil dengan rasa kasihan kepada anak. Tokoh-tokoh dalam buku itu memainkan permainan masa lalu; seperti bermain dengan sisa-sisa kayu, membuat kapal, dan sebagainya. Coba bandingkan cara mereka bermain itu dengan cara bermain anak-anak kita sekarang yang terstruktur dan terawasi dengan sangat hati-hati.

Cara-cara bermain seperti anak zaman dulu itu sekarang disebut dengan istilah free play. Para pakar memperingatkan bahwa free play jarang dilakukan anak-anak sekarang.

BERMAIN PETAK UMPET: Masih ada yang melakukan?
Jelas, anak-anak butuh main. Masalahnya, jenis-jenis permainan (juga alat bermain) yang tersedia sekarang tidak cukup memenuhi kebutuhan anak. Bermain futsal dengan segala peraturannya, misalnya, tidak berdasarkan keinginan anak dan bisa dilakukan dengan cara apa pun sesuai keinginannya  – dua ciri khas kegiatan bermain yang sebenarnya.

Tak bisa disangkal, aktivitas di kelas-kelas, olahraga yang diawasi, bahkan video games, berperan penting dalam masa kanak-kanak di masa ini. Aktivitas ekstrakurikuler, memang bisa membawa anak pada kesuksesan akademis. Tapi ada hal lain yang juga sangat penting bagi proses tumbuh kembang anak, sama halnya seperti makanan, air dan udara: yaitu cara bermain seperti masa lalu (free play).

Ketika bayi Anda menjatuhkan sendok dari high chair-nya, lagi, dan lagi; tahukah Anda bahwa itu adalah sebuah permainan yang membuatnya lebih pintar? “Wah... kira-kira Mama mau ngambilin lagi, nggak, ya? Kalau aku melemparnya ke arah berlawanan, suaranya berbeda tidak?” Sejak awal kehidupannya, bermain adalah cara seorang anak mengerti bagaimana sesuatu berfungsi, melatih kemampuan sosialnya, belajar berpikir kreatif, mengembangkan kemampuan pribadi, dan menemukan minat yang sebenarnya.

“Menghilangkan saat-saat bermain sama membahayakannya untuk proses tumbuh kembang yang sehat- jika tidak bisa dibilang lebih berbahaya – dengan memaksa anak untuk terlalu cepat berkembang,” ujar psikolog David Elkind, penulis buku The Power of Play.   

Hasil studi The American Academy of Pediatrics menunjukkan, terlalu sedikit waktu untuk bersenang-senang akan meningkatkan stres pada anak, dan bisa mengarah pada kecemasan dan depresi. Jill Stamm, Ph.D, direktur dari The New Directions Institute for Infant Brain Development di Phoenix, Amerika, menyatakan hal ini juga bisa menyebabkan stres sampai masa dewasa.

Jadi, turunkan sedikit intensitas Anda sebagai orangtua dan dukung anak berkembang secara natural, tahap demi tahap usia:

BAYI (dari lahir sampai usia 12 bulan) 

Cara si kecil bermain: Menendang-nendang mainan yang bergerak atau menggigit-gigit balok, tidak tampak sedikit pun seperti aktivitas yang bermanfaat. Padahal ketika bermain ini, otak bayi bekerja mengatur informasi-informasi yang diterimanya menjadi pola-pola yang bermakna, dan dia memperoleh kemampuan mengontrol diri dan lingkungan.

Cara-cara membantu mereka:

  • Bersenang-senanglah sesering yang Anda bisa. “Saat-saat bayi bangun harus diisi sebanyak mungkin dengan bermain, disamping makan, tentu saja,” ujar Stamm. Tahukah alat bermain yang paling disukainya? Diri Anda!
  • Pilih alat bermain sesuai usia – yang bisa menstimulasi pancaindranya dengan tepat; seperti infant gyms atau rattles
  • Biarkan ia menjejakkan kaki di lantai, sehingga mereka bisa berlatih merangkak dan kemampuan motorik lainnya

ANAK BATITA (1-3 tahun)

Cara si kecil bermain: “Anak-anak usia 2-6 tahun belajar paling baik melalui berbagai jenis permainan yang diciptakannya sendiri,” ujar Elkind. Perkembangan rasa ingin tahu dan kemajuan kemampuan motorik kasar dan halusnya membuat ia sangat antusias mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.

Kebanyakan anak batita sangat senang berada di dekat anak-anak sebayanya. Mereka sama-sama bermain, tetapi tidak bermain bersama (dikenal dengan istilah “bermain paralel”). Karena mereka menganggap dirinya sebagai pusat dunia, istilah berbagi agak sulit dipahaminya.

Cara-cara membantu mereka:

  • Pilih mainan yang 'open-ended. Alat-alat main sederhana, seperti balok, bola dan boneka – bahkan benda sehari-hari seperti sendok kayu atau kotak sepatu - bisa menggali imajinasi mereka lebih dalam dibandingkan benda-benda yang hanya bisa melakukan satu hal, seperti mainan anjing yang bisa mengonggong atau mobil yang digerakkan dengan remote control. (Lihat “Mulailah dengan...” untuk ide-ide lainnya).
  • Ingatlah bahwa bermain bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja; tidak hanya di kotak pasir atau dengan satu alat mainan. Mengambil dan menumpahkan air dengan gelas plastik di dalam bathtub, misalnya, akan sangat menyenangkan bagi si kecil.
  • Pergilah ke luar rumah setiap hari. Saat sedang hujan atau matahari bersinar terang, si kecil butuh rangsangan dari lingkungan dan kesempatan untuk membakar energinya.
  • Jangan 'memusuhi' TV. Satu atau dua program setiap hari, apalagi jika Anda menemani si kecil menonton, tidak akan membahayakannya.
  • Ganti-gantilah alat main si kecil. Pilih hanya beberapa alat main untuk satu minggu, simpanlah setelahnya, dan ganti dengan alat-alat main yang lain. Di bulan depan, Anda bisa mengeluarkannya lagi. (Si kecil tidak akan ingat, kok).

ANAK PRASEKOLAH (3-5 tahun)

Cara si kecil bermain: Kemampuan berbahasanya yang meningkat membuat permainan fantasi dan bermain peran menjadi lebih detil sehingga mereka bisa memahami konsep-konsep yang lebih kompleks, seperti waktu dan hubungan antar obyek. Kemampuan motorik yang meningkat pun membuat mereka mampu melakukan berbagai aktivitas fisik. Disamping itu perkembangan yang telah dicapainya ini membantu si kecil bermain dengan baik dengan anak - anak seusianya.

Cara-cara membantu mereka:

  • Pilih sekolah yang menyeimbangkan bermain dengan kegiatan akademis. “Seringkali orangtua tidak sabar melihat si kecil bermain balok dan menanti-nanti kapan si kecil mulai diajar membaca dan menulis,” ujar Stamm. “Padahal, free play sangat penting untuk membentuk sambungan-sambungan listrik di otaknya,” ujarnya. Preschool yang baik akan lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sosial dan emosional anak, ketimbang pengembangan kognitifnya.
  • Beri kesempatan sebanyak-banyaknya bagi si kecil untuk bermain dengan teman sebayanya. Coba ajak dia ke berbagai children center yang banyak tersedia di mal-mal.
  • Batasi waktu di depan komputer. Belum ada hasil penelitian yang membuktikan bahwa computer games dan ‘educational’ videos membuat anak lebih pintar. 
  • Rangsang permainan kreatif. Berbagai bentuk seni dan drama akan sangat sesuai dengan kemampuan berpikir eksploratif yang sedang berkembang pada anak-anak usia ini.
  • Jangan khawatir akan stereotip. “Anak laki-laki lebih suka bermain dengan Lego, misalnya, karena otak mereka memang berkembang lebih cepat di area ini,” ujar Michael Gurian, penulis Nurture the Nature. Sebaliknya, anak-anak perempuan memiliki kemampuan motorik halus dan bahasa yang lebih baik, sehingga mereka lebih suka menulis dan mulai belajar membaca.

ANAK USIA SEKOLAH (5 tahun ke atas)

Cara si kecil bermain: Pada usia ini, anak mulai senang berteman, terutama mereka yang memiliki kesamaan minat. Pemahaman yang lebih kompleks mengenai bagaimana dunia berlangsung membuat mereka menjadi asyik dengan hukum/aturan (rules) dan lelucon (jokes).

Cara-cara membantu mereka:

  • Ajak ia terus bergerak. Sebuah studi yang dilakukan di tahun 2006 menunjukkan anak-anak yang kurang bergerak akan memiliki tekanan darah, kadar kolesterol dan insulin yang buruk.
  • Awasi keberadaan si kecil di depan TV atau komputer. Terlalu lama di depan TV, misalnya, akan menghambat mereka bermain boneka atau balok-balok, yang akan mempengaruhi perkembangan otak mereka secara berbeda, ujar Gurian.
  • Kegiatan jangan terlalu padat. Tiga jenis aktivitas ekstrakurikuler ideal buat anak. Satu aktivitas sosial (misalnya pramuka), satu aktivitas olahraga (misalnya sepakbola), dan satu aktivitas seni (misalnya piano).
  • Tetap waspada. Jika anak murung dan gelisah karena satu aktivitas, dan enggan pergi les; mungkin ini pertanda dia butuh lebih banyak waktu bebas. Sampai sekarang pun saya masih suka merasa bersalah jika di hari Sabtu tidak satu pun dari keempat anak saya pergi les atau melakukan sebuah aktivitas. Apa saya harus membawa mereka ke museum atau mendaki bukit? Kadang-kadang kami memang melakukan kegiatan itu. Tapi lebih sering, saya duduk santai menikmati secangkir teh; karena saya menyadari bahwa bersantai-santai saja di rumah bersama si kecil, membiarkan dia melakukan apa yang dia mau, adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh tubuh dan otaknya.


PAR 0308

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia