Tes Deteksi Anak Autis

Jika Anda mencurigai berbagai hal di atas, pertama-tama bawalah anak ke dokter anak. Misalnya, dokter THT. Di sini, anak akan menjalani tes BERA, yakni tes untuk melihat apakah ia mempunyai gangguan pendengaran atau tidak.

Meskipun begitu, ada cara sederhana yang bisa Anda lakukan sendiri untuk mengetes hal ini. Misalnya, jatuhkan sesuatu atau buat bunyi-bunyian di belakang anak. Umumnya, anak dengan autisme tidak akan memberi respons apa pun. Selain itu, respons emosi anak dengan autisme memang tidak tepat. Kita senang, namun ia malah menunjukkan muka datar.

Kalau tes BERA menunjukkan bahwa tidak ada masalah dengan anak, bawalah dia ke klinik tumbuh kembang. Klinik seperti ini ada di berbagai rumah sakit. Di sini, anak akan dipantau oleh psikolog anak dan juga psikiater anak. Merekalah yang akan merumuskan lebih detail gangguan tumbuh kembang seperti apa yang sebenarnya dialami anak.

Mereka akan memeriksa kualitas fungsi sensomotor anak, bahasa yang dikeluarkan anak, kualitas kecerdasan anak, dll. “Itu sebabnya mengapa pemeriksaan ini harus dilakukan sejak anak masih kecil. Psikolog anak dan juga psikiater anak akan melihat kualitas hidup (bukan kuantitas hidup!) anak dari bayi. Begitu diketahui ada gangguan, minor sekalipun, bisa segera diterapi,” katanya. Dan, di klinik ini biasanya sudah tersedia terapis. Misalnya, terapi wicara, terapi perilaku, dll. Praktis, kan?

Roslina Verauli, M.Psi, psikolog anak dan keluarga RS Pondok Indah, menambahkan, kadang kala anak dengan autisme disertai juga dengan gangguan pada fungsi tubuhnya. Misalnya, mungkin saja, ia alergi terhadap zat-zat tertentu atau punya masalah dengan ususnya. Ususnya tidak mampu menyaring zat-zat tertentu karena tidak berkembang secara optimal.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia