Tinggi Badan Anak

Dulu, kita meyakini bahwa tinggi badan anak berkorelasi dengan tinggi badan orang tua, alias ditentukan oleh genetik. Tapi, saat ini para ahli juga meyakini bahwa faktor lingkungan bisa ikut menentukan tinggi badan anak kelak. Apa saja itu?

1. Obat steroid hirup
Dulu diyakini bahwa pengobatan steroid oral dapat menghambat pertumbuhan. Tapi, studi baru menyebutkan bahwa obat steroid hirup, seperti yang digunakan dalam pengobatan asma, juga memberi efek pada tinggi badan anak kelak. “Sejumlah kecil obat yang diserap oleh tubuh dapat berpotensi mengurangi tinggi badan anak kelak hingga 1,5 inchi (3,75 cm),” kata Radhika Muzumdar, M.D., dokter anak subspesialis endokrinologi di Children’s Hospital Montefiore, New York City.

2. Pengobatan ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
Beberapa obat yang diresepkan dalam pengobatan ADHD tidak memiliki efek terhadap tinggi badan anak kelak. Meski begitu, bisa saja terjadi keterlambatan pertumbuhan selama tahun pertama pengobatan, yang mungkin disebabkan oleh penurunan nafsu makan. “Beberapa anak dilaporkan mengalami penurunan pertumbuhan dari 2 inchi per tahun menjadi 1 inchi,” kata Paul Kaplowitz, M.D., kepala endokrinologi di Children’s Medical Center di Washington, DC.  

3. Cukup tidur
Dengan alasan pertumbuhan, anak-anak disarankan untuk memiliki waktu tidur 9 – 10 jam setiap malamnya. “Pengeluaran hormon pertumbuhan terbanyak terjadi saat anak tidur, hamper mencapai dua pertiga yang diproduksi oleh tubuh dalam sehari,” jelas Dr. Kaplowitz. Terlalu sering mengalami kurang tidur, pada akhirnya dapat membuat tinggi badan anak tak maksimal ketika ia dewasa. Ingin si kecil tumbuh tinggi? Ajak ia tidur lebih awal di malam hari!

4. Diet seimbang
Gizi seimbang antara sayur dan buah segar, susu, dan protein daging (ditambah dengan olahraga teratur) dapat membantu menjaga berat badan tetap ideal dan memungkinkan si kecil untuk meraih tinggi badan maksimal sesuai dengan genetik yang dibawanya. “Obesitas dapat memicu pubertas dini dan membuat pertumbuhan anak melambat hingga akhirnya terhenti,” kata Dr. Muzumdar. “Ketika gejala pubertas telah komplit, pertumbuhan anak hanya bisa ke samping, dan tak bisa ke atas.”

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia