Bahan Pangan Penghalau Penyakit Degeneratif

Pakar nutrisi dan kuliner sehat alami, Wied Harry Apriadji, menyatakan bahwa secara biologis, tubuh manusia akan menikmati manfaat terbesar dari mengonsumsi bahan pangan yang dihasilkan lingkungan alam terdekat. “Ini sejalan dengan ungkapan bahwa di mana kita hidup, di situlah makanan sudah disiapkan oleh alam untuk kita,” ujar Wied.

Dari segi nilai gizi, beberapa jenis bahan pangan impor memang bisa sama baik atau bahkan lebih baik kualitasnya bila dibandingkan dengan yang versi lokal. Tetapi dari segi manfaat, bahan pangan lokal selalu lebih unggul ketimbang pangan impor. Mengapa? Kuncinya, menurut Wied, terletak pada bentuk ikatan karbon makanan lokal yang mirip dengan ikatan karbon pada tubuh manusia yang bermukim di sekitar lokasi tempatnya tumbuh. Ibarat perangkat teknologi yang saling kompatibel, semakin mirip bentuk ikatan karbon di antara keduanya, maka nutrisi dalam makanan akan kian mudah dimanfaatkan oleh tubuh manusia.

Riset juga membuktikan bahwa bahan pangan lokal masih mengandung berbagai jenis enzim yang diperlukan tubuh untuk dapat mencernanya dengan baik. Kandungan enzim ini hanya mampu bertahan selama beberapa hari setelah sayuran atau buah-buahan dipanen. Otomatis, kandungan enzim tersebut sudah tidak bisa ditemukan lagi dalam produk pangan impor yang baru tiba di tangan kita dalam hitungan minggu setelah dipanen.

“Selama ini, kebanyakan orang hanya mementingkan jumlah kandungan kalori dan nutrisi di dalam makanan yang dikonsumsinya. Padahal sebenarnya ada banyak elemen yang perlu diperhatikan dalam memilih makanan yang kita santap, bukan semata-mata kedua hal tersebut. Jika dianalogikan sebagai proses konstruksi bangunan, kalori dan nutrisi itu ibaratnya adalah material yang digunakan, sedangkan enzim adalah kuli bangunannya. Percuma saja, kan, kita menimbun material banyak-banyak setiap hari, kalau tidak ada orang yang bisa menyusunnya menjadi sebuah bangunan?” ungkap Wied panjang lebar.

Masih menurut Wied, bila tidak dapat dimanfaatkan secara baik, maka penumpukan kalori dan nutrisi yang semestinya berguna tersebut malah bisa berbalik mencelakakan tubuh kita. Sisa-sisa nutrisi yang tidak bisa dimanfaatkan tubuh akan mengakibatkan PH tubuh kian lama bertambah asam. Akibatnya, konsentrasi darah bertambah pekat, distribusi oksigen dan nutrisi di dalam tubuh rendah, lalu fungsi organ tubuh pun akan semakin melemah. Ujung-ujungnya, muncul berbagai keluhan penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol meningkat, serta nilai asam urat di atas normal, terutama ketika usianya sudah mendekati 40-50 tahun.

    “Ironisnya, banyak orang beranggapan bahwa kemunculan berbagai penyakit tersebut di usia matang adalah suatu hal yang wajar, padahal sebenarnya tidak. Dalam jangka pendek, para konsumen makanan lokal pada umumnya memiliki imunitas tubuh yang kuat serta berpenampilan lebih segar dibandingkan mereka yang gemar makan sembarangan. Dengan membiasakan diri mengonsumsi bahan pangan lokal yang masih utuh kadar enzimnya dan sesuai ikatan karbonnya, kita juga bisa memelihara kesehatan tubuh dalam rentang waktu yang jauh lebih lama,” jelas Wied, yang juga menulis banyak buku tentang nutrisi dan resep makanan sehat.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia