Bahan Pangan Ramah Lingkungan

Jika sempat, pergilah ke dapur dan hitung berapa besar perbandingan jumlah produk pangan lokal dengan bahan pangan impor yang Anda simpan di sana. Jangan berhenti hanya pada sayur dan buah-buahan, namun jelajahi pula area tempat menyimpan produk makanan hewani, bahan pangan pokok, termasuk juga bumbu dapur. Barangkali, tak sedikit di antara kita yang akan kaget ketika mendapati ‘angka timbangan’ yang cenderung lebih berat pada bahan pangan impor.

Padahal, menurut Tejo Wahyu Jatmiko, koordinator Perkumpulan Indonesia Berseru yang juga aktif mengampanyekan gerakan ‘100% Pangan Lokal’, ada banyak alasan yang bisa dijadikan dasar untuk mengubah pola makan kita menjadi lebih berpihak pada produk lokal. “Yang pertama, produk pangan lokal itu tentu lebih fresh dibandingkan yang diimpor, berhubung tidak perlu didatangkan dari tempat yang jauh. Proses distribusi yang memakan waktu lama mengakibatkan bahan pangan impor berisiko diterima oleh konsumen dalam kondisi tidak segar. Atau, sudah diberi perlakuan tertentu—seperti diberi pengawet, untuk mempertahankan kesegarannya,” ujarnya.

Yang kedua, dari segi sosial, upaya memilih bahan pangan impor juga berguna menghubungkan pihak produsen dengan konsumen secara langsung. Jika mengonsumsi produk impor, kita hanya akan mengenal barangnya saja tanpa tahu siapa orang yang berjasa memproduksinya, bagaimana cara mengolahnya, dan seperti apa tingkat kesejahteraan hidup mereka. Dengan memilih produk lokal, semua informasi tersebut akan lebih mudah diakses, sehingga kita akan merasa lebih terhubung dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Bukan hanya itu, dengan memilih produk lokal, kita juga bisa mewujudkan kepedulian dan solidaritas kepada petani, nelayan, peternak, serta produsen bahan pangan lokal lainnya. “Jangan hanya bicara mengenai upaya peningkatan level pendapatan petani, tetapi menolak membeli hasil produksi mereka. Daripada membantu mensejahterakan petani di negeri seberang, bukankah akan lebih baik jika kita membantu saudara sebangsa dengan cara mengonsumsi barang yang mereka hasilkan?” kata Tejo.

Memilih bahan pangan lokal juga bisa menjadi salah satu upaya untuk meredam fenomena pemanasan global dan perubahan iklim yang menghantui generasi mendatang. Jumlah emisi bahan bakar yang dikeluarkan untuk mengangkut sayuran dari daratan China ke Jakarta, bisa ribuan kali lipat besarnya dibandingkan yang dihasilkan dari proses pengangkutan barang serupa dari daerah Puncak menuju Jakarta. Secara logis, semakin dekat jarak dari produsen bahan pangan ke tempat tinggal kita, akan semakin besar pula kontribusi kita dalam memelihara kelestarian lingkungan, bukan?

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia