Belajar Jadi Pendengar yang Baik

Tahukah, Ma, banyak persoalan bisa dengan mudah diselesaikan jika kita mampu menjadi pendengar yang baik? Tapi, apakah Anda sering melakukan ini, Ma? Ketika si kecil merengek, Anda tidak sabar mendengar berbagai alasannya, kemarahannya, kekecewaannya, atau keinginannya.


Lalu, Anda memotong setiap ucapannya dan membuat keputusan atau kesimpulan sendiri. Begitu juga ketika sedang ada masalah dengan suami, kalaupun Anda mau mendengarkan ucapannya, mungkin bukan semata-mata untuk memahami apa yang ada dalam benaknya dan yang dirasakannya, tetapi untuk menyiapkan jawaban balik yang paling ampuh. Hasilnya bisa diduga, solusi sulit didapat.

Kita perlu mengasah kemampuan menjadi pendengar yang baik, Ma. Benar-benar mendengarkan dengan ketulusan hati dan pikiran jernih. Ingat-ingat ini saat Anda mencoba menjadi pendengar yang baik:

  • Benar-benar tutup mulut Anda, dan biarkan telinga Anda yang bekerja.
  • Berikan perhatian penuh. Letakkan gadget, tutup laptop Anda. Tatap mata lawan bicara. Kalau Anda tipe reaktif, gampang terpancing, cobalah kendalikan diri. Diamlah, bernapaslah dengan tenang.
  • Perhatikan setiap kata yang diucapkan lawan bicara, bukan untuk menyiapkan kata-kata balasan tetapi untuk memahami sepenuhnya apa yang ada dalam pikirannya.
  • Berikan empati, bukan penghakiman (judgement).
  • Jangan langsung lompat pada kesimpulan atau memberi saran, sebelum orang berhenti mengungkapkan pendapatnya. Terkadang, orang berbicara untuk sekadar didengarkan, bukan diberi saran. Karena itu, sebelum memberi saran apa pun, yakinkan diri Anda bahwa dia memang membutuhkannya.
  • Ketika tiba masa Anda harus buka mulut, pilih kata-kata paling aman untuk masing-masing pihak




Photo : Getty Images

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia