4 Kalimat 'Haram' Diucapkan Depan Anak

Saat kesal, seringkali Mama melontarkan kalimat yang semestinya tidak diucapkan depan anak. Tidak ingat, ucapan apa saja itu? Ini empat kalimat yang pantang terucap depan anak.
 
1. "Jangan ganggu mama"
Anak-anak seringkali tidak bisa membiarkan mamanya tidak memperhatikan mereka. Akibatnya, saat mama perlu menyelesaikan banyak hal, si kecil bisa mengganggu mama. Tanpa sadar Anda melontarkan kalimat ini, "Jangan ganggu Mama!”

Jika terbiasa mendengar kalimat ini, mereka dapat merasa ditolak dan belajar benar-benar tidak ‘menyentuh’ Anda lagi. Parahnya, perasaan ini bisa mempengaruhi perkembangannya. Ia menjadi malas berbagi cerita dengan Anda. Ia bisa berpikir, "Mama kan, tidak mau diganggu.

Lantas kalimat apa yang sebaiknya diucapkan  Anda mungkin bisa mencoba untuk memberi peringatan kepada anak-anak sebelum mulai bekerja, “Baik anak-anak, sekarang mama perlu waktu sendiri. Kalau mama tidak diganggu, akan lebih cepat selesai dan kita lebih cepat main bersama.”

2. "Kamu itu…"
Tanpa sadar orang dewasa sering memberi label, termasuk orangtua kepada anaknya. Seperti, Calista si pintar, Tasya si tembem, Lia si pemalu, Rico si nakal, dan sebagainya. Anak-anak percaya apapun yang mereka dengar tanpa bertanya lagi.  

Label negatif bisa mereka yakini dan akhirnya menjadi kenyataan. Lia ‘si pemalu’ butuh waktu lama hingga ia dewasa untuk menghapus keyakinan bahwa dirinya pemalu. Namun sebaliknya, label netral ataupun positif juga menjadikan anak dan lingkungan sekitar memiliki ekspektasi tertentu terhadap anak tersebut. Bisa jadi label ‘pintar’ membuat Calista merasa tertekan ketika tidak menjadi rangking 1 di kelasnya.

Cara terbaik adalah mencoba menghindari menggunakan kata sifat saat menghadapi ulah anak-anak. Misalnya, “Rico ‘kan tahu kalau bermain bersama tidak boleh memukul, nanti temannya sedih dan tidak mau main sama kamu lagi.”

3."Jangan Nangis!"
Anak-anak mudah kecewa dan seringkali tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya, dan semuanya bisa berujung dengan tangisan. Ketika Mama melarangnya menangis tidak berarti mereka akan merasa lebih baik, tapi juga membuat mereka tidak memahami emosi dengan benar. Pengertian mereka sedih, kecewa, takut bukanlah hal baik.

Daripada melarangnya, Anda bisa bicara kepadanya dengan memastikan bahwa Anda mengerti perasaannya. “Kamu pasti sedih ketika mainanmu rusak” atau “Suara petir memang menakutkan. Kamu bisa tutup telinga dan peluk Mama. Tidak lama lagi suaranya akan pergi ‘kok.”

4. "Kayak dia, dong."
Anda pikir dengan membandingkan, anak akan terpacu dan berubah. Sebaliknya, memaksakan anak melakukan hal yang ia belum siap (atau tidak disukai) seringkali menjadi bumerang. Selain anak justru cenderung melawan permintaan Anda, anak bisa juga merasa rendah diri hingga kehilangan jati dirinya,  karena dia merasa dirinya tidak sesuai harapan Anda.

Padahal Anda bermaksud baik yaitu mengusahakan anak Anda memenuhi tahapan perkembangan. Tidak ada individu yang sama, begitupun seorang anak. Mereka unik dan memiliki waktu masing-masing untuk mencapai tahapan perkembangannya.

Bisa saja ia lambat di satu bidang namun lebih cepat di bidang lain. Terkadang bisa lambat di semua hal, namun akhirnya mencapai beberapa tahapan bersamaan. Daripada membandingkan, berilah dia semangat dan penghargaan ketika berhasil melakukan sesuatu. (Fina Khairaty/Foto: dok. Feminagroup)

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia