Ajarkan Anak Bijak Atur Uang

Tiap keluarga punya pandangan dan sikap masing-masing soal uang dan tidak ada aturan baku soal bagaimana kita sebagai orang tua harus mengajari anak-anak tentang keuangan keluarga.

Namun bagaimana pun, kita pasti ingin anak tumbuh jadi orang dewasa yang cukup bijak mengatur keuangan. Kalau begitu, tak ada salahnya Anda menyimak beberapa tip  dari Jennifer Calonia, seorang penasihat keuangan dan penulis untuk situs keuangan GoBankingRates.com, berikut ini:

Terbukalah soal kondisi finansial Anda. Tak perlu menutup-nutupi apalagi berbohong pada anak soal kondisi keuangan keluarga. Memang sih, sebagai orang tua kita semua ingin bisa selalu memenuhi semua keinginan anak, semahal apa pun itu.

Sayangnya sikap seperti itu seringkali membuat anak berpikir bahwa uang mama-papanya mudah didapat dan tidak terbatas. Yah, nggak papa sih Ma kalau memang keluarga Anda demikian makmur. Tapi kalau kondisi keuangan memang ‘ada batasnya’, coba sertakan anak-anak dalam pembuatan keputusan mengenai kapan harus menghemat uang dan kapan boleh ‘menghamburkan’ uang.

- Praktekkan langsung sedini mungkin. Semakin muda anak belajar soal uang, semakin baik. Tentu saja sesuaikan dengan usia dan perkembangan mental si kecil ya Ma. Begitu mereka sudah mulai bisa minta dibelikan ini-itu, ajarkan hal-hal sederhana soal uang, misal: denominasi uang, menghitung uang, cara membeli dan membayar, menabung.

Aktivitas apapun yang membuat anak belajar mengontrol keuangannya dapat membangun sikap positif soal penggunaan uang secara wajar.

- Tekankan pentingnya punya pendapatan. Beberapa orang tua ‘membayar’ anak-anaknya saat mereka mau membantu melakukan tugas-tugas rumah tangga. Hal itu boleh saja, tapi risikonya adalah si kecil akan berpendapat bahwa ia hanya akan membersihkan kamarnya kalau ‘dibayar’.

Coba cari cara kreatif yang membuat anak merasa ia bisa menghasilkan uang, misal: memintanya membuat prakarya lalu ‘menjualnya’ kepada mama, papa atau kakek-neneknya. Kalau Anda memberi anak uang saku, minta ia mengatur pengeluarannya. katakan bahwa uang saku bisa diibaratkan seperti gaji mama dan papa, anak harus mengatur bagaimana caranya uang saku tersebut cukup untuk jajannya dan untuk menabung.

- Bangunlah relasi yang sehat dengan uang. Anak-anak pasti meniru orang tuanya. Kalau Anda sangat mudah mengeluarkan uang dan nyaman berhutang, kemungkinan besar anak-anak Anda akan bersikap demikian saat dewasa nanti. Sebaliknya kalau Anda mengeluh tiap kali membayar tagihan-tagihan rutin atau tiap kali mengeluarkan uang dari dompet, anak akan berpikir uang adalah sumber kesusahan.

Menurut Chris Miles, pendiri perusahaan konsultan keuangan MoneyRipples.com, uang seharusnya menjadi topik pembicaraan yang positif. Ia menyarankan para orang tua untuk menghindari kalimat “Kita nggak mampu beli semahal itu” atau “Uang kita nggak cukup”. Sebaiknya gunakan kalimat seperti “Itu bukan prioritas dalam budget keluarga kita” atau tanyakan pada anak “Apa ya yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan uang buat beli itu?”.

- Temukan teladan lain. Selain Anda orang tuanya yang menjadi teladan anak soal keuangan, coba beri contoh orang-orang lain yang punya hubungan positif dengan uang. Bisa sahabat Anda yang sukses berbisnis kue buatan sendiri, atau tokoh-tokoh lainnya yang mendapatkan dan menggunakan uang secara bijak.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia