Akselerasi, Bukan Sekadar Lompat Kelas

Tak hanya peserta didik yang mesti pas. Program kelas akselerasi juga mestinya tepat metode, tujuan, dan sasarannya. “Kita mesti menghapus pola pikir bahwa kelas akselerasi itu sekadar lompat kelas biar lebih cepat. Itu ada betulnya. Tapi peserta didik di kelas tersebut juga harus dilatih berpikir meluas serta mendalam. Mereka harus ditantang berpikir kreatif memecahkan masalah, “ kata psikolog yang bergelut di dunia anak dan  pendidikan, Rose Mini, yang akrab disapa Bunda Romy.

Ingat juga, sambung Romy, anak berbakat juga mesti diperhatikan bakat khusus yang dimilikinya. Di kelas akselerasi yang diikutinya, si anak juga semestinya berkembang sesuai bakatnya yang menonjol. “Jangan sampai kelas akselerasi hanya memadatkan bahan pelajaran tapi siswa kurang mendapat pendalaman materi yang baik. Jadi metode dan stimulasinya juga harus tepat.”

Ini tentu saja juga berkaitan dengan guru-guru yang bertugas di kelas akselerasi. Gunawan Sri Haryono pada tulisannya di Kompasiana menyebutkan guru di kelas akselerasi  tidak harus memilliki IQ setinggi muridnya. Tetapi, dia harus menguasai ilmu pendidikan yang dalam dan luas, berpengalaman, serta berkepribadian matang. Guru demikian diharapkan bisa membimbing anak di kelas akselerasi agar berkembang dalam situasi dan lingkungan belajar yang aman, sehat, dan nyaman.

Kelas akselerasi juga memberi siswa tantangan yang berbeda dengan kelas biasa. Itu sebabnya siswa di sini semestinya terlatih memecahkan masalah yang kompleks dengan tepat, cepat, cerdas, dan kreatif. Ini penting karena  nantinya, di usia lebih muda, siswa diharapkan sudah siap memasuki dunia profesional. Di kelas akselerasi inilah mereka dipersiapkan lebih produktif berkarya.
 
Meskipun program akselerasi menyediakan tantangan loncatan perkembangan kognitif yang signifikan, siswa yang dididik dengan tepat juga mestinya tak tertinggal dalam hal kematangan perkembangan lain. Baik dari segi fisik, emosional, motorik halus, kemampuan beradaptasi, sosialisasi, berbahasa, dan berbicara. Hal-hal seperti ini juga memerlukan pendekatan intensif dalam program akselerasi.

Bila ternyata si kecil yang cerdas tidak tertampung di kelas percepatan, ah… nggak perlu galau, Ma.  Bunda Romy mengingatkan, “Renungkan baik-baik, sebenarnya apa yang mama tuju dengan ikut kelas percepatan?”  Bila memang tak perlu dipercepat, tak perlu ngotot minta anak masuk program ini. Sangat mungkin terjadi, seorang anak malah bisa berkembang dan berkreasi optimal di bidang lain, meski tak mengikuti kelas percepatan. Percayai bahwa program ini tentulah bukan satu-satunya  cara bagi si kecil untuk berkembang dan eksis sesuai bakat serta minatnya.


Photo : Getty Images

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia