Alasan Anak Mogok Sekolah

Mogok sekolah bisa terjadi kapan saja. Namun, pemicu tersering adalah awal tahun ajaran baru, kembali ke sekolah setelah jeda atau liburan yang panjang, atau pindah ke sekolah baru atau jenjang yang baru (misalnya, dari TK ke SD). Kehilangan orang terdekat atau baru pulih dari sakit yang cukup lama juga bisa memicu anak mogok sekolah. 

Menurut Anxiety Disorders Associaton of America, masalah-masalah ini bisa mempengaruhi 5% -  28 % anak usia 5 - 6 tahun dan anak usia 10 - 11 tahun. Anak-anak yang mogok sekolah umumnya memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata. Namun, sangat mungkin anak-anak ini mengalami masalah pendidikan atau masalah sosial yang lebih serius bila ketakutan dan kecemasan mereka tidak teratasi dan terus menghambatnya untuk berteman dan bersekolah.

Kapan seringkali terjadi? Pada awal tahun ajaran baru, setelah liburan yang panjang, pindah ke sekolah baru atau jenjang yang baru, kehilangan orang terdekat, atau baru pulih dari sakit yang cukup lama menjadi pemicu mogok sekolah yang bisa mempengaruhi 5% -  28 % anak usia 5 - 6 tahun dan anak usia 10 - 11 tahun. Mogok sekolah sering kali berakar dari gangguan kecemasan. 

Bisa jadi, anak mogok sekolah karena cemas harus berpisah dengan orang tua, berada pada situasi sosial yang baru, harus tampil di depan kelas, atau mengalami situasi yang tidak menyenangkan (seperti mengalami bullying oleh teman atau harus berhadapan dengan guru yang galak).         

Alasan mogok sekolah bisa bervariasi pada setiap anak, demikian pula akibat yang ditimbulkannya. National Associaton of School Psychologist (NASP) menunjukkan beberapa alasan paling umum yang berhubungan dengan kecemasan anak:

1. Separation Anxiety (kecemasan untuk berpisah). Anak yang mengalami separation anxiety merasa khawatir terhadap apa yang akan terjadi pada orang tuanya bila ia terpisah dengannya. Ini sering menjadi alasan anak-anak pada usia yang lebih muda ketika menolak masuk sekolah. Mereka mungkin menampilkan gejala tantrum sebelum dan saat diantar ke sekolah.

2. Performance Anxiety (kecemasan untuk tampil). Hal ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia SD atau SMP yang mogok sekolah karena cemas tidak bisa mendapat nilai baik saat menghadapi tes atau harus tampil di depan kelas.

3. Social Anxiety (kecemasan sosial). Anak-anak yang mengalami social anxiety biasanya mengalami kesulitan ketika menghadapi situasi sosial dan khawatir tentang cara berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.

4. Generalized Anxiety (kecemasan umum). Anak-anak yang mengalami generalized anxiety sering kali merasa takut pada peristiwa yang mungkin terjadi dan bisa membahayakan menurut mereka. Misalnya, ia khawatir akan terjadi gempa bumi atau hujan badai dan banjir.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia