Anak Berani Tampil = Percaya Diri?

Anak yang berani maju ke depan untuk memimpin upacara, atau menyanyi di depan kelas, seringkali dianggap sebagai anak yang percaya diri.

Beberapa anak yang berani tampil bisa jadi memang percaya diri. Namun, menurut Anna Surti Ariani, psikolog keluarga dan anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI, jika anak tampil karena terpaksa, misalnya dipaksa orang tua, itu bukan percaya diri. Begitu pula sebaliknya dengan anak yang tidak berani tampil, bukan berarti anak itu tidak percaya diri. Sebab, setiap anak memerlukan waktu yang berbeda untuk bisa mengenal audiens atau pelajaran barunya.

Psikolog Anna Surti Ariani juga menambahkan bahwa, anak disebut percaya diri jika ia dapat menerima dirinya sendiri, menganggap dirinya baik, dan mempertahankan pendapat-pendapat yang menurutnya baik. Jadi, misalnya ada seorang anak yang bisa menari tapi tidak ingin menari di depan orang lain dan dia teguh dengan pendiriannya itu, serta memiliki pandangan yang mendukung pendiriannya, maka ia juga bisa disebut percaya diri. Percaya diri disini adalah dimana anak percaya diri dalam mempertahankan pemikirannya.

Kepercayaan diri menjadi salah satu kunci keberhasilan seseorang dan menjadi hal dasar yang penting untuk dikuasai anak-anak. Kepribadian, karya, kinerja, sosialisasi, dan kecerdasan akan bersumber dari rasa percaya diri.


Satu hal yang penting untuk diperhatikan, tidak percaya diri ternyata bukan monopoli anak yang memiliki kekurangan karena cacat, merasa kurang cantik, kurang pintar, dan sebagainya. Karena, anak yang selalu dianggap orang cantik pun bisa jadi tidak pede, karena ia dibesarkan dengan penuh kritik atau celaan terhadap fisiknya. Ia akhirnya memilih menutup pergaulan bermain dari teman-temannya.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia