Anak Menangis di Sekolah

Tanya:
Anak laki-laki saya (5,3) sering sekali menangis di sekolah. Perlukah dibawa ke psikolog?

Jawab:
Anak-anak pada usia 2 - 7 tahun berada pada tahap perkembangan kognitif yang disebut tahap pra-operasional. Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk mengumpulkan data-data mengenai dunia di sekitarnya. Ia mulai belajar mengenal serta memahami identitas dan fungsi dari suatu benda. Rasa ingin tahunya sangat tinggi, namun kemampuan mereka untuk berpikir masih sebatas mengenal serta memahami hubungan dasar antara suatu benda dengan peristiwa atau kejadian tertentu. Pada tahap inilah kemampuan berpikir anak berada.

Memasuki usia 7 - 11 tahun, anak-anak baru bisa mengembangkan tahap berpikir yang disebut tahap operasional konkret. Pada tahap ini, mereka baru mulai belajar melakukan suatu pengoperasian secara konkret. Misalnya, mengetahui bahwa segelas air jika dituang ke dalam 2 gelas yang lebih kecil sebenarnya memiliki jumlah air yang sama banyaknya dengan air di gelas sebelumnya. Mereka mulai memahami berbagai suatu peristiwa, kejadian, atau benda dari berbagai sudut pandang.

Berdasarkan teori perkembangan tersebut, sebenarnya usia wajib belajar sekolah dasar adalah 7 tahun. Namun, dengan pertimbangan tertentu, anak dengan usia sekitar 6 tahun ke atas sudah bisa masuk SD. Akan tetapi, usia si kecil belum genap 6 tahun. Di usianya ini, seharusnya ia masih lebih banyak bermain dibanding duduk diam dan mendengarkan guru dengan penuh konsentrasi di bangku sekolah.

Kemungkinan besar penyebab anak menangis adalah ia merasa tidak cukup percaya diri dengan kemampuan dirinya. Tentu saja, hal ini bukan salahnya. Kemampuan dirinya yang baru berusia 5 tahun jelas berbeda dengan kemampuan anak-anak lainnya yang berusia lebih besar darinya. Anak usia 5 tahun masih membutuhkan banyak gerak untuk bermain dan belajar, sedangkan anak-anak usia 6 - 7 tahun sudah bisa belajar dengan lebih diam dan disiplin. Tempo kerja mereka pun lebih cepat, koordinasi visual, dan motorik pun lebih cekatan. Inilah sebabnya mengapa sebaiknya anak tidak masuk sekolah dengan usia yang lebih cepat dibanding yang telah ditentukan.

Cara mengatasi rasa minder anak? Jangan menuntutnya berprestasi terlalu tinggi. Komunikasikan hal ini dengan pihak sekolah agar tuntutan akademik untuk si kecil tidak disamakan dengan tuntutan akademik anak lain. Jika ia tidak berhasil menyelesaikan tugasnya sesuai dengan batas waktu yang diberikan, jangan dimarahi, apalagi dihukum. Tetap berikan pujian atas pencapaian yang telah dilakukan dan doronglah untuk terus berusaha menjadi lebih baik setiap harinya.

Di akhir jam pelajaran, guru bisa memberi kesempatan menyelesaikan tugasnya yang belum selesai. Anda pun juga  harus sangat sabar dalam mendampingi si buah hati saat belajar. Intinya, usahakan agar proses belajarnya tetap menyenangkan dan tidak menekan. Jangan sampai ia stres dan tertekan. Jika hal ini terjadi, bukan saja kepercayaan dirinya yang rusak, namun seluruh aspek sosial-emosionalnya terhambat.

Jika bisa bekerjasama dengan pihak sekolah melakukan berbagai hal ini, Anda tidak perlu membawanya ke psikolog. Namun, setelah mengusahakannya selama kurang lebih 3 bulan dan belum ada perkembangan yang berarti, ada baiknya Anda melakukan konseling lebih lanjut dengan psikolog. Psikolog akan melakukan observasi sejauhmana ketidaknyamanan buah hati terhadap proses dan kegiatan belajarnya, serta mencari tahu kemungkinan adanya hal-hal lain yang membuat dirinya menjadi cengeng di sekolah. Jika diperlukan, psikolog juga akan melakukan terapi untuk mengurangi stres yang dirasakannya saat ini.

Konsultan: Monica Sulistiawati, C.Ht, M.Psi
Psikolog dari PT Personal Growth, Jakarta

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia