Masalah tinggi badan memang bisa jadi salah satu menjadi sumber persoalan yang mengikis rasa percaya diri anak, terutama usia praremaja.

Bagi anak laki-laki, badan yang terbilang pendek bisa menjadi masalah besar. Sebaliknya, pada umumnya anak perempuan akan merasa terganggu apabila tinggi tubuhnya melampaui teman-teman sebayanya.

Menurut Steven Dowshen, MD, dokter spesialis endokrinologi dari Alfred I. duPont Hospital for Children, Delaware, Amerika, tinggi tubuh yang dimiliki praremaja tidak sepenuhnya mencerminkan tinggi badannya ketika dewasa kelak.

”Tinggi badan seseorang akan meningkat pesat pada periode growth spurt. Periode growth spurt yang pertama adalah pada usia di bawah satu tahun dan selanjutnya adalah ketika anak memasuki usia puber,” jelas Dowshen.

Secara general, pubertas mulai muncul di antara usia 8-13 tahun (anak perempuan) dan antara usia 9-14 tahun (anak laki-laki). Praremaja yang masa pubernya tiba lebih lambat kemungkinan masih akan terus bertambah tinggi pada usia akhir belasan tahun.

”Bahkan ada pula beberapa orang yang masih terus bertambah tinggi hingga usia awal dua puluhan tahun,” kata Dowshen.

Jadi, katakan kepada praremaja Anda untuk tidak perlu merasa khawatir berlebihan. Pasalnya, bukan tidak mungkin tinggi badannya bisa melampaui teman-teman sekelas yang dulu tampak lebih tinggi darinya. Sering terjadi, tinggi badan anak laki-laki tumbuh belakangan dibandingkan anak perempuan.

Jadi, pada saat tubuh teman perempuannya sudah mencapai tinggi maksimum, tubuh jagoan kecil Anda masih bisa terus menjulang ke atas.

Selain ditentukan oleh faktor genetik, tinggi badan seseorang juga dipengaruhi oleh asupan gizi, serta aktivitas fisik. ”Jika ingin tinggi badannya mencapai potensi maksimal, berikan praremaja Anda makanan bergizi seimbang, cukupi waktu istirahatnya, serta ajari dia untuk selalu aktif secara fisik,” kata Dowshen lagi.

Baca juga: Benarkah Anak Perempuan Lebih Cepat Pubertas?