Anak Sering Mengadu, Perlukah Khawatir?

Sebenarnya perilaku mengadu pada anak adalah sesuatu yang wajar-wajar saja. Seperti dikatakan Susanne Denham, profesor psikologi perkembangan dari George Mason University, Amerika Serikat, dan penulis Emotional Development in Young Children. Dari hasil penelitian terbaru di Inggris, anak usia 18 bulan sudah bisa mengadu untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, terutama orangtuanya. 


Menurut Alzena Masykouri, M. Psi., psikolog anak dari Klinik Kancil, Jakarta, perilaku mengadu menunjukkan bahwa kemampuan berpikir dan kesadaran moral anak mulai tumbuh. Dalam Teori Psikososial Erikson, ketika memasuki dunia sekolah, anak akan mengalami tahap industry vs inferiority. Artinya, pada tahapan ini anak akan mengamati dan melakukan perbandingan antara apa yang diajarkan orangtua dan situasi yang dialaminya di luar rumah. Semua itu untuk membangun rasa percaya dirinya. Kalau dia tidak berhasil memenuhi tugas ini, maka ia akan menjadi anak yang minder dan kuper.


Jadi jika di dalam proses tersebut, anak menemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan atau ajaran Mama, maka ia merasa tidak nyaman. Maklum, di usia ini anak baru bisa mengenal sesuatu ‘hitam dan putih’.


Kalau tidak nyontek itu benar, kalau nyontek salah. Karena itu dia akan langsung bertanya kembali kepada Mama untuk memastikan keyakinannya. Dari hasil pengamatannya itu, ia bisa memperkaya nilai-nilai yang dimilikinya selama ini.  “Jadi di usia ini anak tidak hanya belajar secara akademis, tetapi juga belajar untuk mengenal dunia sesungguhnya,” ujar Alzena. 


Sayangnya, kita sebagai orangtua sering salah paham dengan perilaku anak ini. Mungkin karena terlalu sayang dan ingin melindungi anak, kita tidak berpikir jernih dan terbawa emosi. Akhirnya anak belajar hal baru: “Kalau aku kesal sama guru atau temanku, Mama pasti belain aku, kok”. Selanjutnya anak akan mengadu lagi dan lagi ke Mama. 

Tapi bagaimana kalau kalau Mama merasa anak terlalu sering mengadu? Bolehkah menanggapinya sepintas lalu alias dicuekin saja? Sebaiknya jangan ya, Ma. Cobalah untuk tetap mendengarkan aduannya dengan serius dan empati. Jangan sampai karena merasa kesal dicuekin mamanya, anak tidak mau bercerita lagi kalau ada kejadian yang tidak menyenangkan di sekolah. Soalnya dalam hati dia akan kecewa dan bisa saja melampiaskannya dengan berbagai macam cara: mulai dari mengurung diri di kamar atau justru bikin ulah di sekolah.



 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia