Bahaya Terselubung dari Tumpukan PR Anak

Meskipun PR (Pekerjaan Rumah) bertujuan membantu anak untuk lebih memahami pelajaran, terlalu banyak PR berdampak negatif bagi perkembangan anak. 

Mengapa? Banyaknya PR dari sekolah membuat anak kehilangan waktunya menjadi anak-anak karena terlalu sibuk. PR pada umumnya berupa tugas tertulis membuat anak mendapat PR sebagai rutinitas membosankan, belajar menjadi momok baginya.

Apalagi jika sebagian besar waktunya di rumah habis untuk mengerjakan PR, anak tidak mendapati waktu cukup untuk berkomunikasi dengan orang tua. 

Apa saja pertanda anak mendapatkan PR berlebihan? Jika ia mulai membenci sekolah dan bersikap negatif setiap mengerjakan PR. Departemen Pendidikan Amerika merekomendasikan waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan PR sekitar 10  menit untuk setiap tingkatan sekolah.

Misalnya, jika anak kelas 3 SD menghabiskan waktu 60 menit menyelesaikan PR tanpa rehat, Mama sudah sepantasnya khawatir. Lebih baik jika anak memahami konsep masalah dan berlatih 5 soal untuk mengerti topik pelajaran, dibandingkan ia diharuskan mengerjakan 50 soal pelajaran yang berupa pengulangan.

Apa yang perlu dilakukan? Jika Mama menemui situasi seperti ini, bicarakan dengan guru kelas. Cobalah berasumsi bahwa guru hanya bermaksud memberikan yang terbaik bagi anak. Terkadang guru tidak menyadari akibat PR yang ia berikan terhadap kehidupan anak tersebut di rumah. 

Namun jika tidak ada perubahan, Mama bisa berdialog dengan Kepala Sekolah mengenai kekhawatiran ini. Mama bisa juga melibatkan sesama orangtua murid yang merasakan hal yang sama. Biasanya cara ini berhasil untuk mengajak guru mengevaluasi sistem mengajarnya, terutama mengenai beban pekerjaan rumah yang dihadapi anak muridnya. (Penulis: Fina Khairaty/Foto: dok Feminagroup)

Baca juga: Anak Mogok Sekolah? Ini solusinya!

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia