Beda Usia, Beda Cara Anak Mengancam

Semakin besar usia, semakin besar pula ancaman anak. Benarkah begitu?

Ya. Kemampuan kognitif anak usia 5 – 8 tahun sudah lebih matang dibandingkan anak usia sebelumnya. Ia sudah bisa menganalisis sesuatu dengan lebih baik, piawai mengaitkan ‘data’ yang satu dengan ‘data’ yang lain, dan memiliki koleksi ‘data’ yang jauh lebih banyak. Apa jadinya? ‘Data-data’ yang ada bisa digunakannya untuk mengancam. Misalnya, dia baru tahu kalau teman-teman boleh bermain online game. Padahal, mamanya melarang.

Ia ingin sekali ikut-ikutan, tapi bagaimana caranya? Ya, satu-satunya jalan pintas adalah mengancam. “Kalau tidak boleh main online game, aku tidak akan membuat PR atau membantu Mama mengurus adik,” katanya.

Nessi Purnomo, Psi., MSi, dari Personal Growth menambahkan, “Jika anak-anak usia 5 – 8 tahun suka mengancam, kok, sudah nggak lucu lagi, ya? Apalagi, mereka sudah lebih lihai. Sebaliknya, bila anak-anak di bawah usia 5 tahun yang mengancam, kita masih bisa tertawa. Kok, bisa-bisanya dia mendapat ide itu. Jadi, katakan pada anak untuk tidak mengancam.”

Mengancam
merupakan salah satu mekanisme anak dalam menyelesaikan masalah (mungkin kebanyakan dari masalah yang dihadapinya!). Mungkinkah hal ini dilakukan hingga ia dewasa nanti? Mungkin saja. Bukankah ia berhasil mendapatkan apa yang diinginkan?

Kalau anak sedikit-sedikit mulai mengancam, sebenarnya orang tua harus waspada dan mulai mengajak anak bicara bersama. Jangan dibiarkan berlarut-larut, ya.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia