Belajar tentang sampah di Temesi

Sampah pun bisa bermanfaat

Sudah punya rencana liburan nanti anak-anak mau diajak ke mana? Bila Anda berkunjung ke Pulau Dewata, jangan hanya jalan-jalan menikmati keindahan budaya Bali. Sesekali, ajaklah anak-anak berkunjung ke Temesi Waste Facility di Kabupaten Gianyar, Bali. Di sinilah pusat pengelolaan sampah ramah lingkungan seluas 2400 m2, yang memberikan contoh solusi, apa yang harus dilakukan dengan sampah-sampah yang dihasilkan manusia setiap hari. Lumayan kan, sambil berlibur, anak-anak bisa menambah wawasan, sekaligus diajak untuk lebih cinta dan peduli pada lingkungan.
 
Gunungan sampah di Temesi berasal dari Kabupaten Gianyar dan sekitarnya. Setiba di Temesi, sampah-sampah itu akan dipisahkan antara yang organik dan anorganik. Selanjutnya, sampah organik diolah menjadi kompos, dan sampah anorganik didaur ulang menjadi produk-produk yang masih bisa digunakan kembali.
 
Dalam proses pengolahan kompos, O2 dialirkan ke dalam tumpukan sampah melalui blower agar proses pembusukan sampah berlangsung secara aerobik, dan menghasilkan kompos berkualitas tinggi. Kapasitas kompos yang dihasilkan di Temesi adalah sekitar 50 ton per hari.
 
Temesi Waste Facility ini juga menjadi semacam tempat riset untuk mengembangkan energi-energi alternatif seperti windmill (energi angin), photovoltaic (energi surya) dan biomassa (energi dari gas metan -- yang tersimpan di dalam sampah). Selain itu ada pula museum, yang memperlihatkan incinerator yang dulu berfungsi untuk membakar sampah, namun sekarang tidak dipakai lagi.
 
Fasilitas paling menarik sebagai tempat belajar tentang pengolahan sampah adalah Theme Park, yang dilengkapi tempat presentasi interaktif; laboratorium kecil tempat melakukan riset-riset terkait produk kompos; demo bioreaktor, yaitu bioreaktor skala kecil untuk menunjukkan proses terbentuknya gas metan dari sampah padat dan cair yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar; dan demo SODIS (solar disinfectan), di mana sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk membunuh kuman-kuman dalam air, hingga air bisa aman diminum tanpa perlu dimasak lagi. 
 
Adapun kompos-kompos dari Temesi, selanjutnya dipasarkan ke berbagai daerah di Bali. Konsumen terbesar kompos Temesi justru hotel-hotel di Bali, yang menggunakannya untuk taman-taman mereka. Bagaimana dengan para petani di Bali? Ternyata masih susah lho, membujuk petani di Bali untuk meninggalkan pupuk kimia. Mereka takut hasil produksi pertaniannya menurun. Namun syukurlah, belakangan banyak petani sudah mulai sadar dan beralih mendukung gerakan pertanian organik, demi Bali yang lebih lestari di masa mendatang.
 
Anda ingin mengajak anak-anak mencoba membuat kompos sendiri secara sederhana di rumah? Berikut tip dari Temesi:

1. Buatlah lubang di dalam tanah, atau kotak dari keranjang sampah. Alasi dengan bahan karbon seperti kulit padi, serbuk gergaji, atau potongan jerami.

2. Masukkan sampah organik yang telah dicacah sehingga mempercepat proses pengomposan. Tutup kembali dengan bahan karbon supaya tidak menyebarkan bau dan menjadi sarang bagi serangga dan hama. Lakukan hal tersebut terus menerus sampai kotak atau lubang penuh.

3. Lakukan penyiraman secukupnya secara rutin, jangan sampai kompos terlalu kering atau terlalu basah.

4. Tunggu sampai kompos berwarna kehitaman dan bersuhu di bawah 40 derajat Celcius. Itu berarti, kompos telah siap digunakan untuk memupuk tanaman!

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia