Cara Menyelamatkan Hidup Anak Anda (1)

Ini hanya insting alami saja: Anda nonton berita di TV tentang penyusup berbahaya di luar kota, dan malam itu Anda mengunci super rapat pintu rumah serta bertanya-tanya apakah jendela kamar si empat tahun Anda sudah terkunci benar atau belum.
Besoknya, sembari nyaris telat, Anda dudukkan balita Anda — sekali ini saja — di kursi belakang dan pasang sabuk pengaman tanpa booster seat karena pagi itu dia rewel banget (gara-gara cereal baru yang mengubah warna susunya jadi aneh),  dan ngotot seat tersebut ‘untuk bayi’ dan … sudah disebutkan kan kalau Anda hampir terlambat? Ya, kecelakaan mobil lebih sering terjadi ketimbang adanya penyusup.

Akuilah: Kita tidak selalu cerdas memilih tindakan pencegahan. “Semua orang dibombardir informasi tentang risiko yang beda-beda, dan sulit memilah mana yang paling benar,” ujar Kim Thompson, associate professor of risk analysis di Harvard School of Public Health, dimana ia memimpin Kids Risk Project (www.kidsrisk.harvard.edu). “Berita-berita yang menakut-nakuti dan penuh sensasi kerap mempengaruhi sehingga kita percaya risiko yang sebenarnya lebih kecil kemungkinan terjadinya menjadi lebih besar, dan kita jadi kurang sensitif dengan risiko yang lebih jamak terjadi.”

Dan memang itu yang terjadi. Begitu mudah  bagi kita untuk tidak waspada — kadang gara-gara masukan ibu-ibu kita (“Kami tidak melakukannya ketika kamu kecil, dan toh kamu masih sehat-sehat saja”), ibu-ibu lain (“Kok paranoid banget sih?”), dan bahkan oleh para dokter yang mempunyai kecenderungan memperkecil masalah (“Nggak apa-apa deh kalau Anda kepingin melakukannya”).
Jadi, kalau Anda perlu rencana yang simpel dan realistis untuk melindungi buah hati, baca  terus artikel ini.

1. Jadikan rumah sebagai area bebas merokok
Mengurangi risiko terkena penyakit pernapasan dan kebakaran
Kesehatan bayi baru Anda — juga Anda sendiri — tergantung pada hal ini. “Di rumah di mana orang tua merokok, banyak ditemukan kasus SIDS, asma, pneumonia dan infeksi telinga pada anak-anak,” kata John Satenspiel, M.D., juru bicara American Academy of Family Physicians. Orang tua perokok jadi penyebab sedikitnya 150.000 kasus baru infeksi saluran perna-pasan bawah per tahun (misalnya bronkitis dan pneumonia) pada bayi di bawah 18 bulan, dan sekurang-kurangnya 200.000 kasus baru asma pada masa kanak-kanak. Di usia sekolah, anak-anak yang dibesarkan di antara asap rokok bisa menunjukkan prestasi yang tidak oke dalam tes matematika dan membaca. Sebagai orang dewasa, mereka juga lebih berpotensi menderita kanker paru.

Namun, sekitar 40% anak di bawah usia lima tahun tinggal dalam keluarga dengan seorang perokok. Jika masih ada satu perokok di rumah Anda, setidak-tidaknya buatlah komitmen yang tegas: Tidak merokok di rumah atau mobil. Studi menunjukkan, membatasi kegiatan merokok pada satu ruangan masih berarti menebarkan kadar nikotin yang tinggi ke seluruh penjuru rumah. Di mana ada perokok, ada peluang terjadi kebakaran — dan nyala api kecil dari geretan atau korek api dengan cepat berakibat fatal di tangan anak.  Lebih dari 300 anak usia lima tahun atau lebih muda meninggal dalam kebakaran setiap tahunnya, kebanyakan dari bermain-main dengan geretan dan   korek api.

Mencegah kebakaran:
Jauhkan
geretan dan korek api dari jangkauan anak-anak.
Ingatkan tamu perokok untuk selalu membawa ‘properti’ mereka (tidak ada korek api di atas meja dapur) dan jauh-jauh dari anak.
Di setiap rumah, bahkan yang tidak ada perokok sekalipun, perlu dipasang alarm asap di setiap lantai, dekat kamar tidur.

2. Awasi bayi mandi
Mengurangi risiko tenggelam
Setiap tahun, lebih dari 50 bayi Amerika usia di bawah setahun tenggelam, biasanya dalam bathtub. “Angka itu bisa ditekan sampai nol jika bayi yang mandi di bathtub diawasi terus — jangan pernah ditinggal biar ‘cuma semenit saja’,” tutur Kim Thompson dari Harvard’s Kids Risk Project. Bayi yang sedang mandi perlu ‘touch supervision,’ ini berarti pengasuh yang dewasa — bukan hanya kakaknya — dalam jarak gampang menjangkaunya setiap saat.

Tindakan pencegahan pada air:

  • Siapkan semua barang yang Anda butuhkan sebelum bayi Anda cemplungkan di bak mandi: handuk, sampo, HP, atau telepon cordless.
  • Bila Anda tidak bisa mengabaikan bel pintu (atau deringan cordless, jika lupa ditaruh dekat Anda), bungkus si kecil dengan handuk dan bawalah bersama Anda. Ya, lantai kamar mandi Anda akan basah, plus Anda mungkin perlu handuk kering ekstra nantinya untuk bayi (dan Anda), namun keselamatan tetap saja nomor satu.
  • Dudukan di bak mandi bukanlah alat pengaman. “Itu hanya membuat tangan Anda lebih bebas, tapi Anda tetap harus mengawasi bayi Anda setiap saat,” ujar Thompson.
  • Segera kosongkan ember berisi air yang habis dipakai untuk membersihkan segala sesuatunya. “Wadah isi air, meski cuma setinggi lima sentimeter, bisa membahayakan, terutama bagi batita gemuk, yang tidak bisa keluar dari ember bila kepalanya jatuh lebih dulu,” kata Thompson.
  • Pasang kunci pengaman di dudukan toilet sampai anak Anda siap untuk potty training, biasanya antara dua sampai tiga tahun.
  • Teruskan ‘touch supervision’ ke area kolam renang dan pantai hingga anak berusia lima tahun, sekalipun si kecil sudah belajar berenang dan bisa mengapung. “Jangan terlalu pede, mengira anak Anda tidak akan mengalami masalah,” ujar Thompson. “Tidak ada cara lain yang bisa menggantikan supervision.”


3. Membuat zona tidur yang aman
Mengurangi risiko SIDS dan sesak napas
Tiap tahun, sekitar 2.000 bayi yang kelihatannya sehat pergi tidur dan tidak pernah bangun lagi. SIDS (sindroma kematian bayi mendadak) adalah penyebab utama kematian bayi antara usia satu bulan sampai satu tahun. Kunci untuk mencegahnya adalah menelentangkan bayi. Jangan sekali-kali menengkurapkan atau memiringkannya. “Pastikan pengasuh bayi Anda melakukan hal serupa,” kata James Kemp, M.D., associate professor of pediatrics pada Saint Louis University School of Medicine. Memang, masih ada para nenek yang tetap saja senang dengan posisi tidur tengkurap untuk bayi.Dipikirnya, tidur telentang akan menyebabkan tersedak. Nyatanya, bayi yang biasa tidur telentang sebenarnya berisiko tinggi mengalami SIDS bila lalu ditelungkupkan.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia