Jam Masuk Sekolah Ideal Untuk Anak

Mungkin ini sudah menjadi rutinitas banyak keluarga di Jakarta yang punya anak masih SD: bangun subuh, terbirit-birit menyiapkan segala macam kebutuhan sekolah anak. Anak yang susah bangun pun terpaksa ‘diseret’ ke kamar mandi atau ‘diteriaki’ oleh Mama (yang sibuk menyiapkan sarapan dan membuatkan bekal anak) untuk buru-buru bangun dan mandi.

Lalu, semua tergesa-gesa masuk ke mobil. Matahari belum muncul sempurna ketika mobil mulai jalan, dan di tengah kemacetan lalu lintas, Mama menyuapi anak sarapan. Semua itu memang harus dilakukan (dengan cepat) karena apa daya, jam masuk sekolah, sejak tahun 2009, sesuai keputusan gubernur saat itu, berubah dari pukul 7 menjadi pukul 6.30. Alasannya, untuk mengurangi kemacetan di pagi hari.  

“Ini jam sekolah terpagi di dunia!” cetus Retno Listyarti, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia(FSGI). Sejak awal, FSGI sudah menentang perubahan ini, mengingat hak-hak anak (termasuk alasan mengapa justru anak dikorbankan atas nama mengurangi kemacetan), tapi tidak berhasil. “Kami membuat survey, dan menemukan dampak negatif sekolah terlalu pagi.

Yang utama, dalam 3 tahun sejak dilakukan perubahan, penyakit pencernaan pada anak sekolah meningkat tajam, karena banyak anak tidak sarapan. Mereka baru sarapan waktu istirahat pertama, saat istirahat kedua belum lapar, akibatnya jadwal makan siang pun mundur. Hubungan dan komunikasi dengan orang tua juga terganggu karena terlalu pagi, tidak sempat ngobrol banyak. Anak-anak SD berangkat sekolah dengan terkantuk-kantuk di atas motor dan mobil,” kata Retno.

Menurut Ratih Pramanik, psikolog dari Personal Growth, anak usia SD memerlukan waktu 10 jam untuk tidur semalam suntuk, agar dapat bangun dengan bugar dan siap belajar. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan anak berkonsentrasi, berpikir dan mengingat.

Bila kurang tidur, emosi anak pun akan terpengaruh; menjadi lebih mudah tersinggung dan moody. “Jarak sekolah yang jauh dari rumah, disertai kemacetan membuat anak-anak tergesa-gesa berangkat, sarapan seadanya atau bahkan tidak sarapan. Padahal, sarapan penting untuk memberikan kita energi. Anak yang sarapan dengan benar akan memiliki konsentrasi yang lebih baik, serta memiliki koordinasi tangan dan mata yang lebih baik pula,” kata Ratih.

FSGI tidak putus asa, kali ini menggulirkan usulan kepada wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama. Sempat terdengar kabar bahwa jam sekolah akan mundur menjadi pukul 9 pagi. Tapi, ternyata, ini banyak ditentang orang tua, dengan berbagai alasan, antara lain sudah terbiasa, takut anak menjadi malas, kalau berangkat lebih siang berarti pulang lebih lambat, dll. “Kami usul idealnya pukul 07.30,” kata Retno. Hampir senada, beberapa hari lalu, mendengar pro kontra yang cukup deras, Basuki juga mengatakan paling tidak mundur menjadi pukul 7 atau 7.15 saja, tidak sampai pukul 9 jika dianggap terlalu siang.

“Kalau memang akhirnya diubah, tidak perlu khawatir. Manusia adalah makhluk yang mampu beradaptasi. Tidak perlu takut anak menjadi malas. Anak tetap dapat diajak bangun pagi, merapikan tempat tidur, lalu sarapan dengan benar, dan berangkat ke sekolah tanpa tergesa-gesa.

Katakan kepada anak, bahwa jam sekolah yang lebih siang adalah supaya dia sempat sarapan, membereskan tempat tidur dan olah raga ringan. Sehingga dirinya menjadi lebih sehat,” kata Ratih. Harapannya, sih, pemerintah DKI mempertimbangkan banyak hal, terutama hak-hak anak, sebelum melakukan perubahan lagi. Nah, Anda sendiri setuju mana, Ma?

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia