Memaafkan pun perlu belajar


Pernah dengar lagu yang ada liriknya “Sorry is the hardest word to say?” Ternyata itu bukan omong kosong si pencipta lagu saja, lho. Maaf, baik meminta maupun memberi, adalah hal sulit untuk dilakukan. Dibutuhkan keberanian dan pengorbanan harga diri untuk minta maaf, terlebih lagi untuk memaafkan. Memaafkan apalagi melupakan, lebih sulit dilakukan khususnya oleh anak-anak.
 
Sebagai orangtua, Anda bisa mengajarkan pada anak dan memberi contoh. Jika Anda berbuat salah, cepatlah minta maaf. Sebaliknya jika Anda sudah memaafkan, biasakan tidak mengungkit-ungkit lagi kesalahan orang tersebut.
 
Ketika memaafkan kesalahan, Anda tidak hanya membantu orang itu, tapi juga meringankan beban diri sendiri. Nah, hal inilah yang perlu ditanamkan pada anak. Dengan memaafkan, kita bisa menjalani hidup lebih positif dan tidak terbebani rasa marah. Tapi, memaafkan itu tetap tak mudah.

Berikut beberapa tip agar anak mudah memaafkan:

  • Ajari anak untuk memahami dan menyalurkan perasaan dengan cara yang tepat. Jangan biasakan untuk memendam. Ajak anak membicarakan masalahnya, dan ajarkan cara aman untuk melampiaskan marah seperti mencoret-coret kertas, meninju bantal atau berteriak di kamar mandi.
  • Ajari anak untuk berterus terang pada orang yang membuatnya sakit hati. Contoh, dorong anak untuk meminta teman yang merusak mainannya untuk membantu memperbaiki mainan itu atau dorong anak untuk mengatakan pada temannya, ia tidak suka dikatai “bodoh”.
  • Dorong anak untuk memaafkan dan melupakan. Katakan, dengan memaafkan ia akan cepat terlepas dari perasaan marahnya.
  • Dorong anak untuk berbuat baik pada orang yang berbuat salah padanya. Ini mungkin paling sulit dilakukan dan terkesan tidak masuk akal bagi anak. Beritahu dasar pemikirannya, orang yang menyakiti orang lain adalah orang yang mengalami penderitaan di dalam dirinya. Karena itu, justru patut dikasihani dengan harapan kebaikan dapat mengubah keburukan dalam diri orang itu. 


 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia