Pembohong kecil

Bila anak senang berbohong

Ini sudah waktunya makan malam, dan seorang ibu di New York City, Carol Paik, meminta putranya yang berusia 7 tahun untuk cuci tangan.
“Apa kamu sudah cuci tangan?”
“Mmm... hmmm.”
“Dengan sabun?”
“Mmm... hmmm.”
Tangan Jonathan masih tetap kering.
“Sudah aku lap dengan handuk sampai bersih,” dia memberi tahu ibunya. Tapi handuknya juga kering.

Punya pengalaman sama? Hal yang biasa untuk anak seusia ini menguji batasan kejujuran. Meski Anda mungkin agak kaget saat pertama kali mendapati anak Anda berbohong, Anda tak perlu khawatir telah melahirkan seorang pendusta. Jadi, tak ada alasan untuk memperlakukan anak Anda seperti pembohong besar.

Banyak anak berbohong karena mereka tidak ingin mendapat masalah. “Jadi, jika Anda terlalu membesar-besarkan dan berteriak, ’Ya ampun, kamu berbohong pada Mama!’ anak Anda mungkin akan jadi takut, dan di masa mendatang, mungkin berbohong lebih banyak lagi untuk menghindarkan kemarahan Anda,” kata Nick Spinnet, Ph.D., profesor pengembangan sumber daya dan studi keluarga di University of Alabama di Tuscaloosa.

Daripada meledak dalam amarah, beri tahu saja kalau Anda tahu yang sebenarnya, dan mintalah dia untuk melakukan apa yang Anda minta. Anda, misalnya, bisa saja bilang, “Mama tahu kamu nggak benar-benar cuci tangan, jadi ayo cuci tangan lagi yang benar, ya!”

Tentu saja kalau kebohongannya terasa manipulatif (misalnya kalau dia bilang papa boleh, padahal sebenarnya papa bilang tak boleh), Anda harus lebih tegas. Spinnet menyarankan untuk mengatakan, “Kalau kamu nggak jujur, itu membuat Mama tak bisa mempercayaimu. Jadi, berhentilah berbohong sekarang juga. Kalau kamu ingin sesuatu, bilang saja terus terang pada Mama.”

Dengan berbicara seperti itu, biasanya sudah cukup untuk menghukum dan menghalangi kebohongan lain di masa mendatang. Sebaiknya Anda juga memberi penghargaan kalau dia berkata jujur, bahkan walau anak Anda mengakui kalau ia sudah melakukan suatu kesalahan.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia