Trik memilih sekolah anak


Sudah ancang-ancang memasukkan si kecil ke sekolah tahun ini? Atau mungkin Anda malah sudah punya sekolah pilihan untuknya? Mengingat begitu banyaknya penawaran, inilah beberapa hal yang mungkin dapat membantu Anda mengambil keputusan:

Masa kanak-kanak adalah masa bermain. Jadi, jangan terlalu dini memaksakan pendidikan yang ‘serius’ bagi anak.agar masa bermainnya tidak terenggut. Apalagi kalau Anda masih membebani anak dengan sederet les tambahan, mulai dari membaca, berhitung, piano, balet, dll. Pendidikan untuk anak-anak di bawah usia enam tahun tak harus selalu berupa pendidikan formal. Playgroup atau taman bermain, prasekolah maupun TK seharusnya hanya menjadi fasilitator dalam menstimulasi perkembangan anak, baik fisik (motorik kasar maupun halus), mental (kognitif), emosi, sosial, dan kemampuan berbahasanya.

Pilih sekolah yang guru-gurunya memiliki ‘unconditional love’. Artinya, guru-guru di sekolah itu bisa menerima setiap anak apa adanya, dan bisa mengembangkan lingkungan yang disiplinnya positif. Sekolah tidak menuntut anak di luar kemampuannya, berusaha mengerti anak, dan mendorong anak untuk bisa dan bangga atas kemampuannya. Bukan dengan marah-marah atau memaksa anak untuk menyelesaikan lembar tugasnya. 
 
Sekolah yang menggunakan konsep belajar melalui pengalaman (experiential learning), memberikan stimulasi pada anak melalui pengalaman bermain dan eksplorasi langsung terhadap dunia di sekitarnya. Sekolah-sekolah ini biasanya mengajak murid-muridnya langsung ‘terjun’ ke alam untuk mempelajari apa yang hendak dipelajari; seperti belajar tentang sapi dengan melihat langsung seekor sapi, atau kalau belajar menggambar, itu dilakukan di halaman atau di alam terbuka. Biasanya konsep seperti ini bisa ditemukan di sekolah-sekolah alam.

Ada pula sekolah yang mengedepankan konsep belajar aktif (active learning), dengan melatih anak untuk selalu kreatif dengan menciptakan berbagai kreasi dari benda-benda di sekitarnya. Contoh, kardus bekas tisu gulung, karton susu, kaleng bekas minuman. Namun yang jelas, sekolah yang baik tidak harus selalu yang gedungnya mentereng, atau alat-alatnya serba lengkap. Sekolah yang baik adalah yang bisa mendorong kemandirian anak, dan mengembangkan kemampuan sosial maupun kematangan emosinya

Bagaimana dengan soal bahasa? Benarkah sekolah bilingual lebih baik? Ternyata sampai sekarang para ahli masih memperdebatkan efektivitas mengajarkan dua bahasa (Inggris dan Indonesia) pada masa golden age anak (sampai usia 5 tahun). Bila anak tepat waktu dalam perkembangan bahasanya (cooing muncul di usia sekitar 2-3 bulan, babbling di usia sekitar 6-8 bulan, kata pertama di usia sekitar 1 tahun), kemungkinan besar ia tidak akan mengalami telat bicara. Dan bagi anak-anak ini, bersekolah di sekolah bilingual tidak akan jadi masalah. Sebaliknya, bila tahapan-tahapan itu tidak muncul di usia yang tepat, bahasa asing yang harus dia serap selain bahasa ibu, bisa-bisa malah membuat ia jadi telat bicara.

Satu lagi pertimbangan yang tak kalah penting adalah faktor biaya. Banyak orangtua rela membayar mahal agar anaknya memperoleh pendidikan terbaik. Tapi, tak ada salahnya tetap memperhitungkan apakah biaya yang Anda keluarkan akan sesuai dengan apa yang didapat si kecil bila bersekolah di situ. Uang sekolah yang tinggi, misalnya, tentu rasanya tak sepadan bila fasilitas pendidikan di sekolah tersebut ternyata kurang memadai. Tapi, semahal apa pun, jangan lupa untuk mempertimbangkan bahwa sekolah mahal dan fasilitas yang aduhai pun bukanlah segalanya.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia