Urutan lahir: berpengaruh, nggak?

Sebagai orangtua, inilah yang perlu Anda ketahui!
Topik itu sudah lama beredar — begitu juga dengan mitos-mitos seputarnya.
Sayangnya studi-studi seperti ini tidak mengungkapkan semuanya — begitu pula dengan stereotip tentang urutan kelahiran. Lebih baik, munculkan yang terbaik dari masing-masing anak:

Temuan dari studi terkini
Para ilmuwan Norwegia menganalisa hasil tes dan data kelahiran lebih dari 241.000 wajib militer dan menemukan, ternyata anak sulung memiliki IQ rata-rata 103, anak ke-2 101, dan anak ke-3 100.
Apakah perbedaannya nyata? Bukan perbedaan yang akan terlihat jelas bagi kita orang awam, tapi beberapa periset mengatakan, itu perbedaan yang cukup menentukan antara masuk ke perguruan tinggi unggulan atau perguruan tinggi kelas 2.
Apa penyebab perbedaan itu? Tidak ada yang tahu. Ada spekulasi, anak tertua beruntung karena mendapat perhatian penuh dari orangtua mereka untuk sementara waktu — tentunya sampai sang ibu pulang dari rumah sakit membawa adik baru. Atau mungkin, karena ayah dan ibu punya impian yang sangat besar untuk anak pertama, dan si anak membalasnya. Teori lain: anak sulung diberi tanggung jawab lebih besar dan diharap menunjukkan dukungan pada adik-adiknya, dan itu membangun kekuatan otaknya.
Apakah skenario ini terbukti dalam keluarga Anda? Belum tentu. Layaknya semua studi, yang satu ini juga punya keterbatasan:

  • Studi dilakukan di Norwegia — mungkin ada sesuatu yang berbeda di sana.
  • Semua respondennya pria — siapa tahu kalau wanita hasilnya lain?
  • Angka IQ-nya sendiri tidak benar-benar solid. “Tes-tes sekarang ini tingkat kesalahannya mengejutkan,” kata Nathan Haselbauer, pendiri dan presiden International High IQ Society. Skor 110, katanya, berarti skor asli Anda mungkin antara 105 dan 115. Dan tes IQ yang lebih ‘tua’ makin kurang akurat dibanding tes-tes baru. “Karena studi Norwegia memakai data sejak tahun 1967, menurut saya perbedaan skornya tidak meyakinkan,” tambah Haselbauer.
          Meski perbedaan-perbedaan kecil seperti yang ditemukan dalam studi ini penting disebarkan ke semua warga, mungkin hal itu tak terlalu penting bagi keluarga itu sendiri. Ingat, rata-rata untuk semua orang dalam studi ini — baik anak sulung maupun anak bungsu — semua berada di kisaran normal.

Tidak terpaku pada stereotip
Apakah urutan kelahiran mempengaruhi anak dalam hal-hal lain, membentuk kepribadian, minat, dan masa depan? Beberapa ahli mengiyakan, dan dalam beberapa kasus ada bukti yang cukup menarik, meski masih terbuka kemungkinan untuk diragukan. Tetapi banyak faktor, dari gen sampai kehidupan di dalam rahim, mempengaruhi bagaimana jadinya anak Anda. Karena itu, salah bila menghubungkan dampak yang lebih besar dengan faktor penyebab sepele seperti anak Anda nomor berapa.
Anak sulung, seperti yang biasa dibilang orang, adalah pemimpin dan pemberi solusi alami, dengan keterampilan organisasi dan analisa yang kuat. Tidak ada studi yang serupa dengan studi Norwegia untuk mendukung opini ini, tetapi banyak dipercaya karena cukup logis. Dua puluh satu dari 23 astronot Amerika pertama adalah anak sulung, dan banyak cendekia dan dosen perguruan tinggi yang juga anak sulung, kata Kevin Leman, Ph.D., pengarang The Birth Order Book: Why You Are the Way You Are.
Apa yang harus dilakukan: Tidak ada. Saran terbaik — untuk mengasuh anak ke berapa pun — adalah tidak membiarkan teori-teori tersebut mengkotak-kotakkan kepribadian anak Anda. Anda perlu membantunya menjadi versi terbaik dari apa adanya dia, bukan apa yang terbaik menurut  Anda.
    Anak-anak yang lebih tua seringkali memang dilimpahi banyak tanggung jawab (“Tolong panggilkan adik, ya?” “Kau bisa bantu adikmu pakai kaus kaki?”). Jadi, ingatlah untuk sedikit menguranginya, dan jangan mengharapkan anak sulung Anda menjadi orangtua ke-3 bagi adik-adiknya — itu tanggung jawab yang sangat besar untuk anak kecil mana pun juga. Bila ia nakal beri hukuman, tapi jangan khotbahi dia, “Kamu ini harus kasih contoh yang baik dong, pada adikmu”. Anda tidak perlu membuatnya merasa terbebani.
Anak tengah disebut-sebut menjadi negosiator dan pendamai ulung, dengan sikap santai dan suka bersosialisasi. Karena itu, mereka mudah melakukan pendekatan secara alami, dan membangun konsensus ketika dewasa. Menurut Linda Dunlap, Ph.D., seorang pakar urutan kelahiran dan dosen psikologi di Marist College di Poughkeepsie, New York, anak tengah paling mungkin pindah jauh dari rumah setelah dewasa, sebagian karena mereka mencari identitas yang jelas setelah melewatkan tahun-tahun awal yang terjepit di antara dua saudara.
Beberapa anak tengah terpaksa menjadi bayang-bayang kakak sulungnya, dan karena itu, mereka rentan jadi pemberontak dan kompetitif.
Apa yang harus dilakukan: Perhatikan si tengah sebisa mungkin. Pasang banyak fotonya seperti yang Anda lakukan pada si sulung dan sering-sering tempelkan gambar hasil karyanya di pintu kulkas. Tanyakan pendapatnya tentang buku yang baru saja Anda  baca — kemudian dengarkan pendapatnya. Beri ia sebagian tanggung jawab yang biasanya secara otomatis Anda berikan pada si sulung. Demikian menurut Thomas Connellan, Ph.D., pengarang Bringing Out the Best in Others: 3 Keys for Business Leaders, Educators, Coaches and Parents.
Anak bungsu. Tentu saja orangtua sudah berpengalaman ketika si bungsu lahir. Tapi apakah itu mempengaruhi mereka? Leman dan Connellan (serta banyak orangtua awam lainnya) mengatakan anak bungsu paling kurang disiplin, mungkin karena ayah danibu pada saat itu sudah terlalu santai — atau kelelahan — untuk ribut setiap kali ada pelanggaran. Masih pendapat umum juga, anak bungsu paling diidolakan, dan karenanya jadi terampil mengarahkan orang untuk menuruti, dan melucu untuk cari perhatian.
     Tapi, ada jeleknya juga. Anak bungsu seringkali dianggap manja, keras kepala, dan manipulatif.
Apa yang harus dilakukan: Meski kelakuan si bungsu bisa jadi terlihat sangat lucu, karena ia sangat imut dan menggemaskan dibanding kakak-kakaknya, ia juga memerlukan batasan seperti kakak-kakaknya. Minta ia bertanggung jawab atas tindakannya, entah memastikan ia membereskan mainan, atau minta maaf kalau ia nakal pada temannya. Pastikan ia mendapat pembagian tugas di rumah, juga kesempatan untuk sesekali memilih film mana yang akan ditonton sekeluarga, atau hidangan pencuci mulut apa harus Anda sajikan. Yang paling penting: entah ia anak sulung, anak tengah atau anak bungsu, biarkan ia menjadi dirinya sendiri.

YANG DIBUTUHKAN SEMUA ANAK
Memperhatikan urutan kelahiran bisa membuat Anda terlalu fokus pada masing-masing anak, sampai-sampai Anda tidak mempertimbangkan hal yang lebih besar: pentingnya keluarga yang bahagia. Jadi, berikan semua anak Anda:
  • Waktu sendiri bersama Anda. Anda tidak harus melakukan sesuatu yang besar; ajak masing-masing dari mereka jalan-jalan berdua ke taman, atau biarkan mereka bergantian pergi dengan Anda ke supermarket. Beri masing-masing anak kesempatan untuk membuka diri serta berbagi cerita dan kekhawatiran.
  • Kesempatan mengejar minat mereka sendiri. Memang lebih mudah mengantar mereka semua ke kelas musik atau ke lapangan sepakbola yang sama—tapi berisiko memunculkan persaingan yang tidak sehat. Ikuti arahan anak Anda, dan biarkan ia mengejar minatnya sendiri.
  • Orangtua pede yang tidak terpengaruh hasil studi apapun yang dibacanya. 241.000 tentara Norwegia itu punya ibu yang bersikeras memberikan anak-anak mereka kesempatan bertarung semaksimal mungkin.
 PAR 0108

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia