Aktivitas Anak untuk Perkembangan Otak

Pertama kali anak Anda berlari—bermain piano atau menyesap dari cangkir—otak anak memberitahu tubuhnya apa yang mesti dilakukan. Urutannya begini: angkat kaki kanan, condongkan tubuh ke depan, dorong dengan kaki kiri, ayun kaki kanan ke depan, dan seterusnya. Ini adalah fase baru, tutur Jean Blaydes Madigan, kinesiologist and learning consultant di Murphy, Texas.


Seiring berlalunya waktu, otak anak  mengelompokkan gerakan tersebut bersama-sama dan membuatnya jadi otomatis–perintah-perintah yang berlainan menjadi satu paket yang terekam di otak. “Semua itu jadi memori otot,” kata Madigan. “Itu sebabnya, begitu Anda tahu cara mengendarai sepeda, nggak bakalan lupa.”


Dan saat anak Anda belajar berlari cepat, ia juga menyempurnakan bagian otak yang berkaitan dengan proses berpikir yang kompleks, kata Mardigan lagi. Kini, beberapa pakar yakin, bagian otak yang secara otomatis membentuk pola dan urutan yang berkaitan dengan kegiatan berlari (otak kecil) secara otomatis pula membuat pola dan urutan yang berhubungan dengan menjawab pertanyaan yang rumit.


Gerakan benar-benar berkaitan dengan perkembangan otak lho. Merangkak dan berlari–aktivitas di mana lengan kanan dan kaki kiri bergerak secara bersamaan–meningkatkan komunikasi antara dua belahan otak.


Meski penelitian terbaru menyatakan, kedua belahan otak selalu saling berkomunikasi, umumnya sih, belahan otak kanan dianggap sebagai sisi intuitif dari otak. Bila otak kanan yang dominan, anak Anda akan lebih suka menggambar dan mengutak-atik benda, merespons instruksi yang secara fisik ditunjukkan padanya, serta memecahkan masalah dengan memperhatikan pola.


Jika otak kiri yang dominan, anak akan merespons instruksi verbal, lebih suka bicara dan menulis, plus memecahkan masalah dengan logika dan urutan.


Sementara beberapa anak lebih dominan salah satu sisi otaknya, banyak pula anak yang menggunakan kedua sisi otak. Memperkuat ‘jalan kecil’ antara belahan otak membantu anak belajar melihat masalah dalam cara yang beda.


Untuk mendorong beraktivitas

  1. Berikan anak ruang bergerak. Pastikan beberapa aktivitas fisik jadi bagian dari hari-harinya.
  2. Jangan memaksanya berolahraga. Belum tentu anak mau didorong-dorong bergabung dalam tim sepakbola. Perkenalkan macam-macam aktivitas fisik, mulai memanjat pohon sampai menari, atau bahkan bermain dengan anjingnya.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia