Anak Mengganggu Teman Lain

Sebagian besar batita menunjukkan perilaku agresif pada usia 2 tahun, dan hal ini kebanyakan gara-gara frustrasi: Keinginan untuk melakukan berbagai hal melebihi kemampuannya sendiri.

Mereka ingin mengomunikasikan kebutuhan dan keinginannya, namun memiliki keterbatasan kosa kata. Mereka bisa juga menjadi agresif untuk melepaskan rasa marahnya, mengontrol situasi, menunjukkan kekuasaan, atau melindungi ‘haknya’. Nah, beberapa perilaku agresif yang sering ditunjukkan batita adalah menggigit dan memukul sebagai alat komunikasi.

Pada usia 2 tahun, anak harus belajar mana perilaku yang secara sosial diterima oleh lingkungan dan mana yang tidak. Bila dibiarkan berlarut-larut, perilaku agresif ini bisa mengganggu teman-temannya. Jadi, Anda memang harus memegang kendali. Berikut cara mengajari anak untuk berkomunikasi dalam cara yang lebih tidak agresif:

Cari pemicunya. Apakah ia capek? Lapar? Apakah ada terlalu banyak anak dalam tempat yang terlalu kecil? Apakah ia bermain dengan anak-anak yang temperamennya sangat berbeda dengannya? Begitu Anda tahu pemicunya, segera hindari.

Cari teman yang berperilaku normal. Pada umur 2 – 3 tahun, anak belajar perilaku yang normal. Jadi, tergantung orang tua, guru, dan pengasuhnya untuk memberi contoh dan memberitahunya. Bila anak berada di prasekolah, daycare, atau playgroup di tempat ada banyak anak yang agresif, pindahkan ke kelompok yang lebih tenang.

Selain itu, tunjukkan cara lain menggunakan tangannya untuk berkomunikasi: “Kita tidak memukul, kita memeluk.” Tunjukkan pula wajah yang gembira saat dipeluk dan wajah yang sedih saat dipukul. Jadi, ia bisa mengaitkan antara perilaku baik dengan reaksi yang menyenangkan. Cara lain adalah tunjukkan bagaimana ‘mengelus’ dan ‘bersikap lembut’ pada anjing, daripada menarik ekornya.

Beri ‘hukuman’. Begitu anak mulai memukul temannya, segera pisahkan. Minta dia duduk di kursi khusus selama 1 – 2 menit, lalu tunjukkan bagaimana caranya bermain dengan baik alias tidak kasar. Anak usia ini sudah mengerti hubungan antara bersikap agresif dan mendapat konsekuensi yang tidak diinginkan.

Tunjukkan dan katakan. Anak harus belajar bahwa menggigit itu sakit, tapi  jangan membalas. Caranya? Tekan lengan bawah pada gigi atasnya seolah ia sedang menggigit dirinya –tidak dalam keadaan marah, namun untuk menunjukkan kalau “Sakit, kan, kalau digigit!”

Lalu, bila anak Anda yang dulunya baik tiba-tiba menjadi agresif, lihat juga kondisi sekitarnya. Apakah ia meniru saudara sekandungnya atau temannya? Apakah ia melihatnya dari TV? Apakah terjadi perubahan dalam lingkungan sehari-harinya, seperti pindah daycare, masuk prasekolah, pindah rumah, atau ada masalah dalam keluarga? Jika rasa aman atau stabilitas terancam, ia bisa berperilaku agresif.

Nantinya, kebanyakan dari perilaku agresif ini akan hilang dengan sendirinya. Ia akan belajar bahwa perilaku yang baik akan mendapat respons yang menyenangkan dan dia juga bertambah perbendaharaan kosa katanya (sehingga sudah bisa berkomunikasi dengan kata-kata dan bukan dengan berperilaku kasar).

Foto: Fotosearch

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia