Cara Melatih Imajinasi Anak


Berikut ini cara termudah menstimulasi imajinasi dan perkembangan anak:

TINGKATKAN IQ SOSIALNYA
Lambaikan tangan. Tersenyum dan melambaikan tangan pada om atau tante sebelah rumah akan membantu bayi untuk menempatkan segala sesuatunya dalam perspektif yang tepat. “Anak mengamati orang tua untuk mendapatkan petunjuk dari berbagai hal,” kata Claire Lerner, pakar perkembangan anak dan pekerja sosial klinis berlisensi. “Tersenyum dan melambaikan tangan merupakan hal ramah yang Anda akan lakukan begitu melihat seseorang yang Anda sukai.” Izinkan ia merespons Anda. Berikan bayi Anda kesempatan untuk merespons ketika Anda berbicara dengannya, walau hanya berupa senyuman saja. “Apa yang anak bisa dapatkan dari hal itu adalah,'Wah, apa yang saya katakan ternyata sangat penting bagi Mama, lho!'” kata Lebedeva.

BELAJAR SAINS. Ya, melihatnya menumpahkan semangkuk pasta ke lantai memang membuat Anda frustrasi. Namun percayalah, ini adalah bagian dari proses belajar anak. Bayi mulai melakukankan ‘pelajaran sains’ sejak dini. Pada usia 2 bulan, ia sudah mengerti konsep dasar dari hukum gravitasi – yang tidak akan menghalangi objek apa pun untuk jatuh. Pada usia 9 bulan, bayi mulai menyadari bahwa objek-objek yang disembunyikan tidak akan mudah ditemukan. Nah, maukah Anda membantunya untuk mengetahui semuanya?

BERMAIN ANGKA. Pada usia 4,5 bulan, bayi memiliki ‘naluri’ terhadap angka yang membuatnya menyadari adanya perubahan jumlah objek yang ada di depannya. Demikian menurut penelitian yang dilakukan Harvard University. Bersama anak, ayo menghitung potongan keju atau kacang polong yang diletakkan secara berbaris di depan meja high chair-nya. Begitu ia hampir mencapai usia 2 tahun, tunjukkan padanya bagaimana cara membagi makanan berdasarkan kategorinya, yakni dibedakan menurut warnanya.

KESEMPATAN BEREKSPERIMEN. Ketika ia membuang gelasnya ke lantai (lagi), hitunglah hingga 10 dan ingatkan diri Anda bahwa anak sedang belajar sesuatu. “Anda sedang berhadapan dengan ilmuwan cilik, Ma,” kata Lebedeva. “Dan di dalam hatinya, si ilmuwan ini bertanya, ‘Apa yang akan terjadi bila…?’” Nah, ketika anak sedang bereksperimen, daripada memarahinya, katakan, “Upss, kamu menjatuhkannya ke bawah,” dan, sambil mengangkat gelasnya, katakan, “Jadi, harus diambil lagi.” Membiarkan anak mencoba ini dan itu (dengan berbagai alasannya!) hasilnya akan sepadan, kok. Penelitian menunjukkan, ketika orang tua mengatakan hal-hal seperti 'jangan' atau 'tidak' terlalu sering, perkembangan bahasa bayi justru akan melambat karena perintah tersebut menghambatnya untuk mengeksplorasi apa pun. Tak tahan dengan lantai yang kotor? Alasi lantai dengan koran bekas, atau ajak ia bermain berantakan di luar rumah atau ketika sedang mandi.

BIARKAN IA MEMIMPIN. Selama bermain, tunjukkan pada bayi bagaimana cara suatu mainan bekerja. Setelah itu, biarkan dia memainkannya. “Ketika melihat anak mulai kebingungan, jangan langsung membantunya,” kata Mendel Klein, terapis okupasi anak di New York City yang juga adalah seorang papa dari si prasekolah. “Nantinya, ia akan tahu, kok, bahwa gelas lebih kecil dari pot bunga. Ia juga akan belajar, dengan susah payah, bahwa ia bisa memecahkan berbagai masalah.” Jika ia benar-benar frustasi, Anda bisa memberinya dukungan secara emosional, saran Lerner. Mengetahui sesuatu itu bukan hal yang mudah, sehingga beri pujian atas upayanya. Lalu, bantulah anak untuk menemukan solusi terbaik.

GUNAKAN MAINAN YANG UMUM. Ya, mainan yang membuat anak bisa memasukkan bentuk tertentu ke dalamnya akan membuat anak belajar tentang konsep ruang dan cara memecahkan masalah. Begitu pula mainan yang membuatnya berpikir bagaimana caranya mendapatkan kembali bola yang menggelinding di bawah sofa. Anda tidak perlu membeli bola yang super canggih untuk mengembangkan kemampuannya, kata Lerner. Maria Brown dari Washington, D.C., tahu benar hal ini. Pada usia 14 bulan, mainan anak laki-laki kesayangannya adalah jepitan jemuran yang terbuat dari kayu dan kotak tisu kosong. “Dia akan meletakkan jepitan tersebut di atas kotak tisu. Nah, plastik yang bisa dibuka tutup yang ada di bagian atas kotak akan mencegah jepitan tersebut terjatuh,” kata Brown. “Kadang kala, ia memasukkan tangannya melalui plastik tersebut untuk mengambil jepitan jemuran dan mencemplungkannya lagi ke dalamnya. Begitu seterusnya. Lain waktu, saat jepitan ada di dalam kotak, ia mengangkat kotak tersebut dan mulailah menggoncang-goncangkannya. Ahh.. seperti marakas!”

(foto: fotosearch)

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia