Cegah Rabies pada Anak

Rabies adalah penyakit menular yang dapat menyerang saraf manusia, termasuk otak. Penyebab masuknya virus ini ke dalam tubuh adalah gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies. 99% kasus ini ditularkan melalui anjing, sisanya melalui monyet, kucing, dan kelelawar.


Gejala awal rabies adalah demam, sakit kepala, lemas, tidak nafsu makan, mual serta timbul rasa nyeri dan kesemutan pada bekas gigitan. Selanjutnya dapat terlihat gejala khas rabies lainnya yaitu hydrophobia (rasa takut terhadap air), sensitif terhadap cahaya, suara, mapun angin, sering mengalami kejang, keluar air liur berlebihan, dan diakhiri dengan kelumpuhan. Biasanya mereka yang sudah terinfeksi virus rabies akan meninggal setelah 4 – 6 hari setelah gejala awal timbul. Infeksi rabies yang menyerang anak lebih berat dibandingkan orang dewasa.

Mungkin terasa aneh bahwa gigitan anjing yang hanya menimbulkan luka kecil ternyata dapat menyebabkan kematian. Namun, kejadian ini bisa menimpa siapa saja.

Ada 55 ribu kasus rabies terjadi setiap tahunnya di dunia. Dan paling sering menyerang anak di bawah 15 tahun. 

Pemberian vaksin sangat penting dilakukan terutama untuk mereka yang berada di daerah yang banyak terdapat anjing. Pemberian vaksin ini dapat dilakukan dalam dua bentuk yakni, hanya pemberian vaksin Anti Rabies maupun sekaligus disertai Serum Anti Rabies (SAR). Pemberian vaksin disertai SAR dilakukan bila hewan yang mengigit dicurigai menderita rabies atau terdapat gejala rabies, atau jika hewan yang mengigit telah mati. 

Untuk vaksinasi sebelum terpapar (pra-paparan), pada kondisi sedang demam dan infeksi akut, sebaiknya untuk menunda pemberian vaksin rabies. Dan vaksin rabies kontra indikasi untuk yang hipersensitif terhadap salah satu komponen vaksin. Namun untuk vaksinasi sesudah terpapar (pasca-paparan), maka tidak ada kontra indikasi sehubungan dengan fatalnya penyakit rabies tersebut.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar anak-anak mendapat vaksinasi rabies sebelum terpapar (pra-paparan), karena:

- Tubuh anak-anak yang kecil membuat mereka tidak terlihat menakutkan untuk hewan.
- Anak-anak belum bisa mengenali dan menghindari perilaku mengancam dari hewan.
- Anak-anak kurang mampu melindungi diri atau melarikan diri saat diserang hewan.
- Anak-anak rentan terkena gigitan di bagian wajah dan kepala di mana area tersebut adalah area yang paling berisiko.
- Banyak kasus rabies yang tidak dilaporkan sehingga sulit untuk diobati.

Informasi lebih lanjut: www.worldrabiesday.org

Sumber:
1. WHO Expert Consultation on Rabies, First report, Technical Report Series 931, 2005;1-121.
2. WHO Fact Sheet N° 99, Rabies. 2006;1-3.
3. World Health Organization. Rabies Vaccines Position Paper. Weekly Epidemiological Record. 2007;82(49/50):425-36.
4. Gibbons RV. Rabies and Related Diseases. Encyclopedia of Life Sciences. Chichester: John Wiley & Sons, Ltd.; 2001.
5. Plotkin SA. Rabies. Clin Infect Dis. 2000;30(1):4-12.
6. Warrell DA. The Clinical Picture of Rabies in Human. Trans R Soc Trop Med Hyg. 1976;70(3):188-95.
7. Hemachudha T, Phuapradit P. Rabies. Curr Opin Neurobiol. 1997;10:260.




 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia