Emosi dan Proses Belajar Anak

Perubahan yang terjadi pada anak antara usia tiga dan delapan tahun adalah perkembangan selanjutnya untuk menggerakkan dari pangkal dan tengah otak (dimana insting dan impuls berasal), menuju bagian otak yang ‘berurusan’ dengan kemampuan berbahasa dan pikiran abstrak. Hasilnya: Anak bisa lebih baik mengelola perasaan. Dan, ini penting bagi proses belajar.


Sebelum anak bisa mengatasi rasa frustrasi, kecewa, dan cemas, ia tidak akan bisa belajar secara efektif karena aktivitas mental yang berhubungan dengan emosi memutuskan akses ke pusat belajar di otak.


“Sebelum saya bercerai dengan ayahnya, Shiera (tujuh tahun) mengalami kesulitan belajar. Setiap kali kami bertengkar hebat, nilai ulangannya pasti jeblok,” cerita Widyastuti Handayani, yang bermukim di Tebet, Jakarta Selatan. Ini bukti kalau ada kaitan antara stres akibat suasana rumah yang tidak harmonis dengan proses belajar.


Tentu saja, learning is not a race. Bagaimanapun, kemampuan tiap anak beda-beda. Faktanya, keterampilan membaca, menulis, dan berhitung dipelajari anak antara tiga sampai delapan tahun, sesuai kemampuannya.


“Jadi, tidak selalu benar bahwa semakin dini Anda belajar sesuatu, maka hasilnya akan semakin baik,” kata Dr. Giedd. “Dan, menjadi yang pertama tidak berarti selamanya akan tetap di urutan pertama.” Ambil contoh saja Albert Einstein. Ia sama sekali tidak menonjol di masa kecilnya, tapi jadi terkenal di kemudian hari berkat kejeniusannya. 


Kuncinya gampang kok. Ikuti saja keinginan anak dan jadikan kegiatan belajar sebagai sesuatu yang amat mengasyikkan. Faktor asyik ini bukan hanya memberi nilai plus: kesukaan anak untuk belajar, bahkan benar-benar exciting, membuat otak belajar lebih efektif,  kata Dr. Giedd.


Jadi, jangan repot-repot menciptakan lifestyle yang menstimulasi anak secara berlebihan, kata Patricia Wolfe, Ed.D., coauthor Building the Reading Brain. “Bacaan tentang lingkungan yang bisa memperkaya dan oke untuk otak anak tidak berarti Anda harus berlebihan melakukan segalanya dan melampaui apa yang kebanyakan keluarga yang penuh kasih sayang lakukan secara intuitif setiap hari.”


 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia