Hati-hati, Kesalahan Minum Antibiotika

Antibiotika pernah dianggap sebagai obat mujarab yang tokcer menyembuhkan segala macam penyakit. Meski anggapan tersebut kini hampir memudar, nyatanya penggunaan antibiotika yang tak tepat sasaran masih banyak terjadi di sekeliling kita. Masih banyak tenaga medis yang meresepkan antibiotika untuk penyakit penyakit yang sesungguhnya tidak memerlukan antibiotika. Penelitian WHO tahun 2005 menemukan, 50 persen resep di fasilitas kesehatan primer dan rumah sakit di Indonesia ternyata mengandung antibiotika. Temuan ini kemudian diperkuat oleh Survei Nasional Depkes tahun 2008 yang menyatakan bahwa antibiotika banyak diresepkan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti diare akut dan flu. Dan, yang lebih fatal, hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2013 lalu menemukan fakta, 86,1 persen masyarakat ternyata menyimpan antibiotika di rumah tanpa resep dokter.

Untuk menghindari melemahnya manfaat antibiotika dan meluasnya resistensi atau kekebalan terhadap antimikroba, termasuk antibiotika, Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun ini mencanangkan Pekan Peduli Antibiotika Sedunia yang berlangsung pada 16 – 22 November lalu. Melalui kampanye berslogan ‘Anti
biotics: Handle with Care’, WHO mengajak masyarakat untuk memanfaatkan antibiotika dengan cara yang tepat. Jika tidak, resistensi bakteri terhadap antibiotika akan menjadi permasalahan yang sangat serius dan menjadi tantangan terbesar dunia kesehatan. Resistensi bakteri ini akan menyebabkan penurunan kemampuan antibiotika dalam mengobati infeksi. Akibatnya, penyakit-penyakit, seperti radang paru dan tuberkulosis, akan jadi lebih sulit dan mahal untuk disembuhkan. Stop menganggap antibiotika sebagai obat 'mujarab'. Mulailah belajar melalui sumber-sumber tepercaya (majalah, buku kesehatan, situs terpercaya, dan dokter) mengenai penanganan yang tepat untuk setiap jenis penyakit anak.

Kesalahan Penggunaan Antibiotika
Menurut Dr. Anis Karuniawati, Ph.D, Sp.MK(K), sekretaris Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, penggunaan antibiotika yang tak tepat bisa menimbulkan masalah, di antaranya:
1. TOKSISITAS kerusakan ginjal, kerusakan hati.
2. INTERKASI DENGAN OBAT LAIN bisa memengaruhi/ dipengaruhi efek obat lain.
3. REAKSI HIPERSENSITIVITAS reaksi anafi laksis, sindroma Steven-Johnson, dsb.
4. GANGGUAN KEHAMILAN/JANIN pewarnaan gigi (antibiotika jenis tetrasiklin), adanya gangguan hati pada wanita hamil.
5. RESISTENSI ANTIBIOTIK muncul superbugs, yaitu bakteri yang kebal terhadap antibiotika.

Foto : Fotosearch

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia