Kenali Alergi Anak Sejak Dini


Indonesia belum memiliki data epidemiologi penyakit alergi pada anak secara nasional. Padahal, menurut International Study of Asthma and Allergies in Chilhood, prevalensi alergi anak semakin meningkat, termasuk di Indonesia.

Menurut Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), M.Kes, Ketua Unit Kerja Koordinasi Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, pendataan harus dilakukan seputar alergi anak seperti jumlah, jenis alergi, pada usia berapa umumnya alergi pertama muncul, dsb. Hal ini untuk memudahkan dokter menemukan penyebab umum alergi dan cara mengatasinya, agar anak-anak yang menderita alergi bisa tumbuh optimal.

World Allergy Week merupakan program tahunan inisiasi World Allergy Organization (WAO) dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai alergi dan penyakit lainnya yang terkait. Lalu, digagaslah kampanye 'Semua Dari Ingin Tau' pada April 2015 lalu, sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman alergi sejak dini, agar alergi tidak menghambat potensi anak.

Tujuan kampanye ini terdiri dari 3 langkah: 'Tau – Cegah & Atasi – Sebar'.
LANGKAH 1: TAU
Langkah pertama untuk mencegah dan mengatasi alergi anak adalah dengan terlebih
dahulu mengenali gejala alergi anak.

LANGKAH 2: CEGAH & ATASI
Edukasi dan pemahaman mengenai pencegahan alergi dan solusinya berperan penting.

Menurut DR. Dr. Zakiudin Munasir, SpA(K), Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI – RSCM, CEGAH terdiri dari 6 kunci utama:
- Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.
- Menghindari paparan rokok selama hamil dan setelah bayi lahir.
- Selama hamil dan menyusui, mama tidak menghindari makanan yang sering menimbulkan alergi seperti telur, kacang-kacangan, ikan dan seafood, serta susu sapi.
- Pengenalan makanan padat dimulai pada usia 6 bulan.
- Tidak ada penundaan pemberian telur, kacang, ikan, dan makanan lainnya ketika si kecil mulai mendapat pengenalan makanan padat.
- Pemberian susu formula protein terhidrolisat parsial (P-HP) dan protein terhidrolisat penuh untuk bayi-bayi yang tidak bisa mendapatkan ASI.

Kemudian, ATASI untuk bayi dan anak yang mendapatkan susu formula dan ternyata alergi terhadap protein susu sapi, sebagai penggantinya bisa diberikan formula hidrolisat penuh, formula asam amino atau formula isolat protein kedelai (soya).

LANGKAH 3: SEBAR
Penyebarluasan informasi agar sedini mungkin dapat dilakukan pencegahan dan penanganan yang tepat.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia