Kenapa Sensori Integrasi Itu Penting?

Menurut psikolog Alzena Masykouri, M.Psi, psikolog dari Bestariku, pusat edukasi anak dan keluarga, sensori integrasi merupakan bekal bagi anak untuk belajar. Belajar sendiri mempunyai arti luas. Salah satu jenis belajar disebut perilaku adaptif, yaitu kemampuan untuk merespons situasi baru secara aktif dan mempunyai tujuan tertentu. Misalnya, seorang anak yang baru pertama kali bermain di playground, diharapkan akan memahami bahwa ia harus berbagi mainan dengan teman temannya yang lain di tempat ini.

Jenis belajar kedua adalah belajar motorik, yaitu kemampuan anak mengembangkan gerakan yang bersifat kompleks secara cepat, sehingga ia bisa menguasai suatu keahlian gerakan baru setelah terbiasa melakukan gerakan yang lebih mudah. Misalnya, mengendarai sepeda roda 2 setelah sebelumnya terbiasa menaiki sepeda roda 4.

Jenis belajar berikutnya adalah belajar akademis, yaitu kemampuan menerima suatu keahlian konseptual, misalnya membaca, berhitung, serta mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari pada hari ini dengan apa yang telah dipelajari atau dikuasai sebelumnya. Nah, anak dengan disfungsi sensori integrasi akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajarannya.

Kenapa? Karena anak  memproses sensasi yang diterima dari lingkungan dan dari tubuhnya dengan cara yang tidak tepat. Misalnya, dengan mencari stimulasi yang berlebihan, menghindari sensori/ stimulasi, atau bermasalah dalam merencanakan gerakan. Dengan kata lain, anak akan kesulitan dalam menggunakan informasi sensori yang diterimanya untuk mengatur dan merencanakan apa yang harus dilakukan.

Kenapa bisa begitu? Yang jelas, bukan karena otak mengalami kerusakan, tetapi karena otak tidak mampu mengolah dan mengintegrasikan informasi tersebut. Otak sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pengorganisasian informasi melalui sensori yang masuk, ‘salah’ menerjemahkan informasi yang diberikan oleh indra.

Foto : Foto Search

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia