Mengenal Jenis Terapi Perilaku Anak


Apa kesan yang Anda tangkap ketika mendengar kata terapi? Apakah muncul berbagai bayangan tentang gangguan serius yang memerlukan penanganan ahli di sebuah pusat rehabilitasi? Tenang, Anda tak sendirian. Ada sebuah cerita, saat seorang mama mendapat saran mengonsultasikan anaknya ke klinik tumbuh kembang, timbul rasa tak senang dan menyangkal ‘Ah, siapa bilang anakku bermasalah? Anakku, kan, tidak autis!’. Begitulah kira-kira yang lazim terjadi. Tapi, tahukah Anda, di klinik tumbuh kembang terdapat banyak cabang terapi yang dapat menangani masalah ‘biasa’ sekalipun. Katakan saja, masalah anak suka marah-marah, anak menulis dengan tekanan berlebihan, hingga anak yang terlalu banyak duduk diam.

Jadi, mulai sekarang, jangan tersinggung ketika anak disarankan ikut terapi. “Terapi itu adalah intervensi tertentu terhadap anak, sesuai masalah yang dimiliki. Sementara pada anak yang tak bermasalah berat, diberikan stimulasi untuk mengoptimalkan apa yang dimiliki,” ungkap Dewi Anggraini AMd.OT.,S.KM, Terapis Okupasi dari Klinik Tumbuh Kembang Anakku Check My Child, Jakarta. Nah, berikut terapi-terapi yang penting Anda ketahui!

Terapi Kognitif dan Perilaku
Terapi kognitif-perilaku atau behavioral bertujuan membantu anak berperilaku sehingga dapat diterima lingkungan. Misalnya, anak yang selalu berteriak atau menangis saat meminta sesuatu, anak suka  marah-marah saat diminta melakukan atau menyelesaikan tugas padahal sebenarnya ia bisa, dan masih banyak perilaku lain yang sulit
diterima oleh lingkungan. Perilaku ini perlu dianalisis dan dibuatkan simulasi sehingga anak dapat bereaksi positif terhadap permasalahan yang dirasakan.

Ada beberapa bagian dalam terapi kognitif dan perilaku, diantaranya:
ABA (Applied Behavioral Analysis)
Merupakan terapi berdasarkan analisis perilaku dan dirancang fokus pada prinsip pembelajaran anak. Misalnya, ketika perilaku diikuti oleh reward, anak lebih berpeluang mengulang perilaku yang diharapkan. Praktiknya dapat dilakukan dengan situasi pengajaran di kelas maupun situasi sehari-hari, seperti, makan malam keluarga, atau di taman bermain. Terapi ABA, bisa berupa interaksi terapis dan anak secara empat mata, maupun instruksi yang diberikan pada kelompok anak. Tujuannya membawa perubahan positif terhadap perilaku anak.

PRT (Pivotal Response Treatment)
Terapi ini lebih menargetkan perilaku individu anak, termasuk motivasi, manajemen diri, tanggapan, dan inisiasi interaksi sosial. Biasanya, PRT ditujukan untuk memperbaiki kemampuan sosialisasi, komunikasi, perilaku, dan keterampilan akademik, yang terkait dengan perilaku anak.

NET (Natural Environment Treatment)
Menurut Jennifer Potterfield M.A., BCBA, LBA, analis perilaku senior dari Kansas City, Amerika Serikat, terapi NET lebih mengedepankan pendekatan dari kebiasaan anak dalam menanamkan perubahan. Biasanya, didahului dengan investigasi yang terkait motivasi dan inisiatif anak selama ini, mencari tahu faktor kegagalan pembelajaran, dan memahami cara belajar yang lebih disukai anak. Misalnya, pada anak yang lambat bicara, terapis dapat meletakkan boneka Barney kesayangannya agak jauh sehingga anak muncul keinginan untuk meminta. Kemudian, terapis mengajak anak agar meminta sambil menyebut nama boneka tersebut. Jika ia berhasil menyebut nama yang dimaksud, terapis segera memberikan bonekanya. Lama kelamaan, anak dapat meminta bonekanya secara lisan dengan inisiatif sendiri.

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia